WASHINTON – Tiongkok telah berperan aktif dalam tanggap darurat, pencegahan dan pengendalian penyakit menular yang melanda negara-negara di dunia.
Hal itu ditegaskan Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu Yandong, Rabu (24/6/2015) saat menjadi keynote speech di US National Institutes of Health, Washinton. Di kampus ini sedang dilangsungkan Simposium tentang Ebola, Penelitian dan Keamanan Kesehatan Global.
Liu mengatakan, Tiongkok sudah merespon wabah Ebola di Afrika Barat dengan memberikan bantuan kemanusiaan sebanyak empat kali, dengan nilai bantuan 750 juta renminbi (sekitar 120 juta dolar AS), mengirim lebih dari 1.000 staf medis, merawat lebih dari 900 pasien, dan melatih lebih dari 13.000 pekerja medis untuk Sierra Leone, Liberia, Guinea dan negara-negara tetangga mereka sejak wabah penyakit yang mematikan ini melanda.
“Ini adalah program bantuan medis untuk asing terbesar yang pernah ada dalam sejarah Tiongkok,” kata Liu.
“Dengan demikian, Tiongkok telah menjadi kekuatan penting dalam memberikan bantuan kepada Afrika Barat dalam memerangi Ebola,” imbuhnya.
Seperti diberitan Xinhua, Liu menambahkan, bahwa Tiongkok mulai mengirimkan tim medis ke negara-negara lain sejak tahun 1963. Selama 50 tahun terakhir, Tiongkok telah mengirimkan 23.000 staf medis untuk 66 negara dan wilayah, yang telah memberikan layanan untuk 270 juta orang di Asia, Afrika, Latin Amerika dan Oceania.