Menanti Kiprah Trump akhiri Perang Ukraina

0
167
Ukraina harap-harap cemas, apakah AS di bawah kepemimpinan Presiden terpilih Donald Trump tetap akan mendukungnya.

UKRAINA berharap-harap cemas terkait kebijakan yang bakal diambil Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump di tengah isu ia akan menyepakati kesepakatan perdamaian dengan mengorbankan kepentingan Ukraina.

Namun Menlu Perancis Jean-Noel Barrot dalam acara Forum Perdamaian di Paris, baru-baru ini mengingatkan parapihak agar tidak buru-buru mengambil kesimpulan semacam itu.

Trump dilaporkan telah berbicara per telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Kamis pekan lalu (7/11), memintanya untuk tidak mengobarkan konflik Ukraina namun Kremlin membantah laporan itu yang dianggap “informasi yang sepenuhnya salah”.

“Mengenai spekulasi soal posisi atau inisiatif pemerintahan baru Amerika, saya ingatkan, kita tidak boleh berprasangka buruk,” ungkap Barrot seperti dikutip AFP kepada Forum Perdamaian Paris, sebuah pertemuan tahunan membahas isu-isu internasional,.

Barrot mengemukakan, pemerintah Perancis akan menyediakan waktu merancang kerjasama dengan pemerintahan baru AS dan ia yakin kedua negara akan membantu Ukraina menangkal serangan Rusia.

Komunitas internasional, kata Barrot, bakal rugi besar jika Rusia lolos (dari kecaman-red) melalui pendekatan ‘siapa kuat yang menang’. “Dalam pembicaraan damai di masa depan, tidak ada yang bisa dicapai di Ukraina tanpa keterlibatan Ukraina,” katanya.

Kagumi Putin

Donald Trump yang menang besar pada Pilpres AS 2024 pernah  menyuarakan kekagumannya pada Putin dan mencemooh bantuan AS senilai 175 miliar dollar AS kepada Ukraina sejak invasi Rusia, Feb. 2022.

Pihak Rusia sendiri telah membantah, Presiden Vladimir Putin telah melakukan panggilan telpon dari Presiden AS terpilih Donald Trump pekan lalu.

Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menegaskan laporan media Barat tentang dugaan percakapan telepon antara Presiden Putin dan Presiden AS terpilih Trump adalah tidak benar.

“Tidak ada percakapan. Ini sama sekali tidak benar. Itu adalah fiksi belaka,” kata dia, sebagaimana dilansir Media Rusia, TASS,  Senin (11/11).

Sementara itu, Menlu Finlandia Elina Valtonen mengatakan kepada Forum Perdamaian, Eropa perlu fokus pada area-area di mana mereka mengungkapkan perbedaan.

“Kita dapat berkonsentrasi hanya pada apa yang dapat kita lakukan dan tentu saja itulah yang harus dilakukan oleh negara negara Eropa. Saya berharap akan ada kabar baik dari Amerika Serikat,” jelas Valtonen.

Pernyataan Valtonen merujuk pada rencana Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan yang mengatakan, Gedung Putih akan menghabiskan sisa dana untuk membatu Ukraina enam miliar dollar AS sebelum pelantikan Trump sebagai presiden, Januari 2025.

“Saya rasa kita bisa melakukan lebih banyak lagi. Kita memiliki uangnya. Kita memiliki kapasitas,” kata menteri Finlandia tersebut.

Sejumlah pihak memandang terpilihnya Trump sebagai presiden AS dapat segera mengakhiri perang Rusia-Ukraina yang sudah berlangsung hampir tiga tahun.

Politisi Partai Republik itu juga sempat menyatakan keraguan tentang kelanjutan bantuan Washington yang bernilai miliaran dollar AS untuk Kyiv.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here