spot_img

Upaya Rekonsiliasi Hamas-Fatah di Moskow

AKSI bombardemen Israel di Gaza masih terus berlangsung, sementara para petinggi dua fraksi terbesar Palestina yang saling bertikai yakni sayap  militer Hamas yang dan Fatah berunding untuk mencapai rekonsiliasi di Moskow, Rusia sejak Kamis (29/2).

Negosiasi antar kedua fraksi yang dibuka, Kamis (29/2), dimediasi tuan rumah yang dalam beberapa pekan terakhir ini juga berupaya memediasi konflik di Gaza antara Hamas dan Israel.

Sudah hampir 30.000 jiwa warga Palestina (anggota Hamas dan warga sipil) tewas akibat bombardmen tanpa henti yang dilancarkan dari darat dan udara oleh kekuatan militer Israel ke Gaza sejak 8 Oktober lalu sebagai balas dendam aksi penyusupan Hamas ke wilayah Israel dan penyanderaan oleh Hamas terhadap sekitar 240 warga Yahudi itu sehari sebelumnya.

Menurut laporan radio Jerman Deutsche Welle, Rusia tidak hanya mempertemukan faksi Hamas dan Fatah sebagai kelompok terbesar Palestina, tetapi juga mengundang kelompok-kelompok lain seperti PLO dan Jihad Islam.

Seperti disampaikan oleh Wakil Menlu Rusia, Mikhail Bogdanov, Rusia berupaya menyatukan berbagai faksi di Palestina agar bersedia merapatkan barisan secara politik. Abbas dari faksi Fatah yang berkantor di Ramallah, Tepi Barat sering berbeda pandangan dengan pemimpin Hamas, Haniyeh yang berkuasa di wilayah Jalur Gaza.

Dialog antarfaksi Palestina di Moskow itu sendiri berlangsung ditengah gunjang-ganjing pangggung politik domestik Palestina setelah pengunduran diri PM Mohammed Shtayyeh (26/2), diduga akibat tekanan Amerika Serikat yang menginginkan wajah baru otoritas Palestina tanpa Hamas dan faksi-faksi militan lainnya.

Sementara Menlu Palestina Riyad al-Maliki meminta agar Hamas perlu menyadari perlunya pembentukan pemerintah teknokratis baru di Palestina ketimbang pembentukan pemerintah koalisi.

“Saat ini bukan waktunya membentuk pemerintahan koalisi dan saya rasa, para petinggi Hamas dapat memahaminya, “ tutur al-Maliki.

Sebaliknya, al-Maliki mengingatkan, jika Hamas memaksa terlibat dalam pemerintah baru, potensi boikot terhadap pemerintah sangat besar sehingga pada gilirannya bisa menurunkan jumlah  negara-negara yang akan bergabung dalam program rekonstruksi  Palestina.

Seluruh faksi yang ada di Palestina harus meyingkirkan perbedaan dan fokus serta kompak untuk mewujudkan kemerdekaan yang didambakan dan diperjuangkan sejak lama. (AFP/Reuters/NS)

spot_img

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


spot_img

Latest Articles