YERUSALEM – Sejumlah keluarga dari sandera Israel yang ditahan di Jalur Gaza, Palestina, Minggu (5/5/2024), mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menerima kesepakatan pertukaran sandera dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas.
Mereka menekankan kepada Netanyahu untuk mengabaikan tekanan politik dan memanfaatkan kesempatan untuk membawa pulang para sandera tersebut.
“Tugas Anda adalah mengabaikan tekanan politik apapun,” ucap keluarga para sandera dalam surat singkat yang mereka kirimkan untuk Netanyahu, sebagaimana diwartakan harian setempat Yedioth Ahronoth.
“Sejarah tidak akan memaafkan Anda jika Anda menyia-nyiakan kesempatan untuk membawa mereka pulang,” kata mereka, menambahkan.
Netanyahu disebut menghadapi tekanan yang semakin meningkat untuk tidak menerima kesepakatan yang akan mengakhiri perang di Jalur Gaza. Dan, membatalkan rencana serangan darat Israel ke Kota Rafah yang terletak di Gaza selatan.
Di saat yang sama, kelompok oposisi Israel menuduh Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas.
Israel percaya sekitar 134 warganya masih ditahan di Jalur Gaza, sementara mereka sendiri menahan lebih dari 9.000 warga Palestina di penjara mereka.
Sudah lebih dari 34.600 warga Palestina tewas akibat agresi Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Gencatan senjata November lalu mencakup pertukaran sejumlah sandera, namun masih ada usaha diplomatik yang dilakukan oleh Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir untuk membebaskan seluruh sandera Israel yang masih ditahan di Gaza.
Agresi militer Israel telah menyebabkan kerusakan besar di Gaza, dengan sebagian besar penduduk terusir, infrastruktur hancur, dan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah.
Mahkamah Internasional telah memerintahkan Israel untuk menghentikan genosida dan memperbaiki kondisi kemanusiaan di Gaza.