JAKARTA – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat adanya peningkatan aktivitas gempa di Gunung Awu yang terletak di Pulau Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara.
Menurut Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, peningkatan jumlah gempa mungkin disebabkan oleh pergerakan magma menuju kedalaman yang lebih dangkal.
“Terdeteksi gejala kenaikan aktivitas vulkanik yang berkaitan dengan proses migrasi magma dangkal,” ujarnya dilansir dari Antara, Selasa (2/4/2024).
Pada 22 Maret 2024, Badan Geologi mencatat serangkaian gempa vulkanik dalam dan dangkal pada pukul 17.00 WITA dan 19.00 WITA.
Serangkaian gempa vulkanik kembali terjadi pada 1 April 2024, pukul 17.50 WITA dan 20.45 WITA. Energi gempa meningkat yang terdeteksi dari grafik Real-Time Seismic Amplitude Measurement (RSAM).
Selama Maret 2024, jumlah gempa tremor non-harmonik tercatat sebanyak 5 kali dengan durasi gempa antara 40 hingga 95 detik, menunjukkan peningkatan gempa permukaan.
“Berdasarkan pemantauan visual dan instrumental hingga 2 April 2024, kami menyatakan tingkat aktivitas Gunung Awu masih berada pada level II atau waspada,” kata Wafid.
Gunung Awu memiliki potensi bahaya seperti erupsi magmatik eksplosif yang dapat menghasilkan lontaran material pijar dan aliran piroklastik, erupsi magmatik efusif yang menghasilkan aliran lava, dan erupsi freatik yang didominasi oleh uap, gas gunung api, dan material erupsi sebelumnya.
Potensi pembongkaran kubah lava dapat terjadi jika tekanan dalam sistem magmatik mengalami peningkatan signifikan. Selain itu, potensi bahaya lainnya adalah emisi gas gunung api seperti CO, CO2, H2S, N2, dan CH4, yang dapat membahayakan jiwa jika konsentrasinya melebihi batas aman.
Badan Geologi mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai bahaya aliran lahar di sungai-sungai yang bermuara dari Gunung Awu selama musim penghujan.
Masyarakat juga diimbau untuk tidak mendekati atau beraktivitas di dalam radius tiga kilometer dari kawah puncak Gunung Awu karena potensi bahaya gas vulkanik konsentrasi tinggi dan lontaran batuan jika terjadi erupsi freatik yang tiba-tiba, tanpa didahului oleh gejala kenaikan aktivitas yang jelas.