JAKARTA – Widodo (56), sudah menjadi guru selama lebih dari 26 tahun. Namun ia tak kunjung mampu memenuhi biaya hidupnya dengan 5 orang anak, 3 di antaranya masih sekolah.
Janji pemerintah untuk menaikkan status guru honorer menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) tak pernah dikecap manis oleh Widodo. Janji pemerintah baginya hanya sebuah isapan jempol yang seolah tak akan terwujud mengingat usianya yang sudah mencapai lebih dari setengah abad.
Untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga, ia berinisiatif menjadi juru parkir di daerah Blok M, Jakarta Selatan, tak jauh dari tempatnya mengajar di SMA Purnama. Pekerjaan sebagai juru parkir ia lakoni selama 6 tahun terakhir.
Ia mengaku, dari profesinya sebagai tukang parkir ia mampu meraup Rp50 hingga Rp80 ribu per hari. Ia juga telah membuang jauh rasa malu dan gengsi demi menafkahi keluarga.
Rekan sesama guru di SMA Purnama, Bidayah, mengatakan Widodo merupakan guru yang punya dedikasi tinggi. Sekalipun sedang sakit ia berusaha untuk tetap mengajar meski setengah hari. Ia juga dikenal sebagai pribadi yang ramah, jujur, dan sangat kreatif.
“Maklum lah dia itu pengajar seni, banyak idenya, dan banyak disukai oleh siswa,” kata Bidayah menambahkan.
Kini, lelaki yang dicintai muridnya ini, hanya bisa terbaring lemah tak berdaya. Ia hidup bersama putri kedua, Gayatri (30), di kediamannya Villa Nusa Indah 2 Blok W.5 Kel. Bojong Kulur Kec. Gunung Putri Kab. Bogor.
“Sekarang Bapak tidak mengajar lagi mas karena stroke yang sudah setahun,” ujar ibu satu anak ini.
Kondisi Widodo memang memprihatinkan, tampilan wajahnya kini dihiasi oleh jenggot putih yang melingkar dipipi, badannya tampak kurus, dan berbicara pun sangat sulit akibat stroke yang dialaminya.
Ia hanya bisa berbaring dan duduk sembari sesekali senyum menyapa setiap orang yang berkunjung ke rumah.
Untuk keperluan sehari-hari, ia dibantu oleh Gayatri yang juga mempunyai usaha toko obat herbal di samping rumah.
Kini, Widodo tak lagi berharap untuk menjadi PNS. Ia hanya berharap ia bisa berobat dan beraktifitas seperti sedia kala. Semangat berkreatifitas dan mendidik para tunas bangsa seolah tak pernah luntur hanya karena sakit yang dialami.
LPM Dompet Dhuafa melalui program Pejuang Masyarakat, berikhtiar membantu biaya pengobatan Widodo agar ia bisa lekas pulih dan beraktifitas seperti sediakala.
“Terima kasih sudah memperhatikan ayah saya,” ucap Gayatri lirih. Kesan serupa juga ditangkap dari ekspresi tangis Widodo saat tim LPM melangkahkan kaki untuk berpamitan. – Rifky/LPM Dompet Dhuafa