ALIH-ALIH mereda, eskalasi perang saudara akibat perebutan kekuasaan yang sudah berkecamuk lebih dua tahun di Yaman semakin menjadi-jadi akibat perpecahan internal di kubu-kubu yang bertikai.
Kubu rezim petahana pimpinan Presiden Abdurabbuh Mansour Hadi didukung Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi yang paling tidak mengerahkan masing-masing 30 dan 100 pesawat tempur untuk mendukung pasukan militer yang bermarkas di Aden, Yaman selatan.
Menurut pengamat, Arab Saudi memegang kontrol atas wilayah Yaman utara dan timur, berbagi pengaruh dengan UEA yang bertugas mengawasi wilayah Yaman selatan termasuk ibu kota, Aden.
Kubu lainnya adalah milisi suku Houthi dan pasukan loyalis mantan presiden Ali Abdullah Saleh yang saat ini bermarkas di kota Sanaa, Yaman utara. Dari Mesir dilaporkan milisi Houthi dan pasukan Abdullah Saleh yang semula berada satu kubu terlibat bentrok di kota tersebut Senin lalu (21/8).
Sementara di Aden, pada hari yang sama, satuan Arab Saudi didukung kendaraan-kendaraan lapis baja dan tank-tank memasuki kawasan kota dan dipusatkan dekat kompleks istana kepresidenen Al-Maasiq untuk menggantikan satuan UEA yang sebelumnya ditempatkan di sana.
Pengambilalihan penjagaan kawasan istana dilakukan atas permintaan Presiden Mansour Hadi pada Raja Salman bin Abdulaziz bin Saud dari Arab Saudi sebelumnya pasca “pecah kongsi” antara Mansour Hadi dan UEA.
Baku tembak yang terjadi berulang kali antara satuan UEA dan pasukan loyalis Mansour Hadi kemudian mendorong mantan presiden Yaman itu meminta perlindungan dari Arab Saudi.
Mansour Hadi juga mengeluhkan campurtangan berlebihan pihak UEA sehingga membuat jalannya roda-roda pemerintahnya tidak efektif.
Di kubu lainnya di kota Sana’a, pihak milisi Houthi menuding mitranya, mantan Presiden Ali Abdullah Saleh berkomplot dengan Arab Saudi untuk memerangi pasukannya.
Jubir Houthi Abdelsalam mengancam akan membongkar kasus korupsi yang dilakukan Abdullah Saleh bersama Partai Kongres Rakyat pimpinannya sebagai reaksi atas tuduhan partai tersebut bahwa Houthi telah merampok kas pemerintah Yaman senilai empat milyar dollar AS.
Pertikaian antara Arab Saudi dan UEA yang sbelumnya bermitra dengan rezim Presiden Mansour Hadi juga tercermin dari penolakan izin mendarat di bandara Aden terhadap pesawat yang mengangkut uang kertas yang dicetak di Rusia.
Bank Sentral Yaman yang cenderung pro Arab Saudi menuduh pihak UAE di balik upaya penolakan izin mendarat pesawat tersebut .
Porak poranda
Perang saudara selama lebih dua tahun selain memorakporandakan sarana dan prasarana umum serta sendi-sendi negara, menyengsarakan penduduk negara yang terletak di lokasi strategis jalur perdagangan antara Asia dan Afrika itu.
Badan Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) Agustus lalu melaporkan, 2,3 juta anak balita memperoleh asupan gizi sangat buruk, tujuh juta penduduk mengalami kelaparan, tiga juta mengungsi dan dua pertiga dari total 27,5 juta penduduk Yaman memerlukan pelindungan dan bantuan kemanusiaan.
Ancaman kematian tidak saja akibat perang dan kelaparan, tetapi juga wabah kolera yang menjalar cepat dalam beberapa bulan ini dan merenggut hampir dua ribu nyawa penduduk dan sekitar setengah juta warga tersebar di 21 dari seluruhnya 22 propinsi di negeri itu.
Korban tewas akibat perang sudah menembus angka 10.000 orang, termasuk lebih 500 korban tewas akibat bombardemen pesawat-pesawat tempur koalisi UEA dan Arab Saudi.
Entah sampai kapan, para elite di Yaman dan juga pemerintah Arab dan UEA yang melibatkan diri dalam konflik akan melangkah ke meja perundingan demi mengakhiri konflik berkepanjangan yang meyengsarakan jutaan rakyat Yaman. (Reuters/NS)