JAKARTA – Ditengah keriuhan pasar Inpres Tanah Abang, Jakarta Pusat perjuangan hidup Pian dimulai. Ketika mentari mulai bersinar Pian sudah bersiap dengan gerobak gulali miliknya, tak lama kemudian kakek berusia 80 tahun itu segera melangkahkan kaki keluar dari kontrakannya yang berada di dalam Pasar Inpres menuju SD 05 Petamburan.
Sedari puluhan tahun silam Pian sudah berjualan gulali atau rambut nenek guna menyambung hidup. Setiap hari Pian selalu mangkal di depan SD 05 Petamburan, namun ketika musim libur anak sekolah ia lebih memilih keliling menyusuri tiap pemukiman padat di Gang Harlan atau Jatibaru Petamburan.
Di Jakarta Pian hidup sebatang kara, istri dan koleganya sudah lama tiada sementara Pian tak memiliki seorang anak. Di usianya yang kian sepuh semangat mencari nafkah yang dimiliki Pian tampak membara. Menurut Yayang Maryam anggota Komunitas Ketimbang Ngemis Jakarta (KNJ), Pian merupakan pribadi yang hebat.
“Kakek aslinya berasal dari Tegal, setiap hari kakek hanya berjualan rambut nenek di depan SD. Perjuangannya sungguh luar biasa,” tulis Yayang dalam postingannya di akun resmi KNJ.
Berjuang di Ibu Kota seorang diri memang tak mudah, namun Pian mampu mengatasinya dengan rasa optimis. Selain mencari nafkah, selama berdagang Pian juga termasuk pribadi yang pedui terhadap lingkungan sekitar. Ia rajin membersihkan sampah-sampah sisa dagangannya. Yang membuat takjub ternyata Pian kerap memberikan uang hasil berjualan rambut nenek untuk dibelikan semen dan menggunakannya untuk memperbaiki jalanan yang rusak disekitar pasar tempat ia tinggal.
Kedermawanan Pian juga dapat dilihat dari seringnya Kakek memberikan rambut nenek secara Cuma-Cuma kepada anak-anak kecil, bahkan Pian juga suka memberi uang kepada orang yang lebih membutuhkan walaupun jumlahnya tidak seberapa.
Dengan keterbatasan ekonomi, tak sedikit para tetangga dan pedagang di sekitar pasar yang terharu dan salut akan kebaikan Pian. Beliau masih sangat peduli dengan lingkungan sekitar dan mau berbagi dengan orang lain kendati dirinya lebih membutuhkan.
