JAKARTA, KBKNews.id – Organisasi Kemanusiaan PBB menyatakan bahwa perintah pengungsian terbaru yang dikeluarkan oleh Israel mencakup tambahan 7 persen dari wilayah Jalur Gaza, membuat total 71 persen wilayah tersebut tidak lagi dapat diakses oleh warga sipil Palestina.
Pernyataan itu disampaikan pada Kamis (15/5/2025) oleh Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
Menurut OCHA, selain serangan udara yang terus terjadi, militer Israel juga mengeluarkan tiga perintah pengungsian baru. Salah satunya dikeluarkan pada Rabu (14/5/2025), mencakup enam area permukiman di Gaza Utara yang sebagian tumpang tindih dengan perintah yang dikeluarkan sehari sebelumnya. Diperkirakan sekitar 100.000 warga terdampak oleh perintah terbaru ini.
Perintah tersebut juga menyasar 30 lokasi pengungsian, enam sekolah darurat yang melayani sekitar 700 pelajar, serta sejumlah infrastruktur penting seperti fasilitas air dan sanitasi.
Di wilayah Deir al Balah dan Khan Younis, ribuan warga juga terdampak, termasuk akses terhadap delapan sumur, lima waduk, tujuh gudang logistik, dan tiga klinik kesehatan.
Pemerintah Israel mengharuskan lembaga-lembaga kemanusiaan untuk mengoordinasikan pergerakannya jika ingin beroperasi di zona militer terbatas. Hal ini memperparah kondisi warga yang kini berada di ambang kelaparan. OCHA mencatat bahwa satu dari lima warga Gaza mengalami kelaparan akut.
“Blokade total Israel terhadap masuknya kargo, termasuk bantuan dan pasokan untuk menyelamatkan nyawa lainnya, semakin memperburuk kelaparan dan penderitaan di seluruh Jalur Gaza,” kata kantor kemanusiaan tersebut.
Mereka menambahkan, lebih dari 9.000 truk bantuan—sebagian besar berisi makanan—telah siap dikirim ke Gaza, cukup untuk memenuhi kebutuhan jutaan orang selama berbulan-bulan.
Terkait kabar bahwa Yayasan Kemanusiaan Gaza dari AS telah diberi izin oleh Israel untuk menyalurkan bantuan, OCHA menegaskan bahwa PBB sudah memiliki rencana operasional yang adil dan menyeluruh untuk distribusi bantuan berskala besar.
PBB juga melaporkan serangan terhadap sebuah sekolah milik UNRWA yang digunakan sebagai tempat pengungsian di Nuseirat, Deir al Balah. Meski tak ada korban luka, insiden ini menunjukkan bahwa lokasi-lokasi sipil tetap menjadi target.
Di sisi lain, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berhasil mengevakuasi 284 pasien dan pendampingnya dari Rumah Sakit Eropa di Khan Younis menuju Eropa dan UEA, meski serangan sempat terjadi dua kali pada hari evakuasi.
Sementara itu, di wilayah Tepi Barat, seperti Tulkarm dan Nur Shams, pembongkaran rumah terus berlanjut menyusul dua perintah militer Israel awal Mei lalu yang memerintahkan penghancuran lebih dari 100 bangunan.
Di Jenin, 200 keluarga mulai kembali ke rumah mereka setelah diinformasikan melalui otoritas Palestina bahwa mereka diperbolehkan kembali, walaupun sekitar 40.000 orang lainnya di utara masih mengungsi dan bergantung pada bantuan PBB.