LANGSA – Kendala besar bagi relawan saat membantu ratusan manusia perahu yang berasal dari Rohingya dan Bangladesh yang terdampar di Aceh adalah masalah komunikasi. Masalahnya mereka tidak bisa berbahasa Arab, Inggris atau pun Melayu. Sejauh ini relawan berkomunikasi dengan mereka menggunakan bahasa isyarat.
Demikian Iskandar Darussalam dari Disaster Management Center (DMC) melaporkan dari langsa, Jumat (22/05/2015).
Untuk memecahkan kebuntuan komunikasi ini, relawan Dompet Dhuafa berinisiatif membuka sekolah bahasa untuk para pengungsi. Bahasa yang dipelajari adalah bahasa Indonesia, English, Rohingya dan Bangladesh. Sekolah tersebut dibuka mulai Kamis (21/05/2015).
Banyak relawan yang berminat bergabung dalam inisiasi ini. Sekolah ini juga mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat selama di pengungsian. *