AS dan Rusia cegah Perang Iran – Israel

0
166
Amerika Serikat, pendukung Israel dan Rusia di belakang Iran, sama-sama tidak menghendaki Iran dan Israel terjun ke perang terbuka yang hanya bakal menimbulkan bencana bagi keduanya dan kawasan.

DUA negara adidaya, Amerika Serikat yang berada di belakang Israel dan Rusia yang mendukung Iran saling mengingatkan agar dua kekuatan di kawasan Timur Tengah itu menghindari eskalasi konflik.

“Pihak mana pun tidak boleh meningkatkan konflik. Kami telah terlibat dalam diplomasi intens dengan para mitra dan juga menyampaikan pesan tersebut secara langsung pada Iran dan Israel, “ ujar Menlu AS Anthoni Blinken, Selasa lalu (6/8).

Sementara Presiden AS Joe Biden telah mengisyaratkan kekecewaannya terhadap PM Israel Benjamin Netanyahu atas pembunuhan terhadap pimpinan Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, 31 Juli lalu.

Tewasnya Haniyeh, diduga akibat bom yang ditanam oleh agen-agen Mossad di kompleks Veteran di Teheran utara, tempatnya bermalam setelah menghadiri pelantikan Presiden Iran Massoud Pezeshkian (30/7) terjadi di tengah upaya  Blinken mewujudkan  gencatan senjata antara Israel dan Hamas dalam Perang di Gaza yang sudah berlangsung 10 bulan (sejak 7 Okt. 2023).

“Komitmen kami terhadap keamanan Israel sangat kuat. Kami akan terus membela Israel, seperti halnya kami akan terus membela pasukan kami,” kata Blinken seperti dikutip AFP.

Namun ia berharap semua pihak di kawasan ini harus memahami bahwa serangan lebih lanjut hanya akan melanggengkan konflik, ketidakstabilan dan ketidakamanan bagi semua. Blinken menyatakan pandangannya tersebut setelah melakukan pembicaraan dengan  Menhan Australia di AAL AS di Annapolis, Maryland.

Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan telah meminta Iran untuk menghindari korban sipil dalam setiap serangan balasan terhadap Israel atas pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh.

Diagendakan KTT OKI

Seruan untuk menahan diri kemungkinan juga bakal  digaungkan oleh para menlu 57 negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dalam pertemuan di Jeddah 22 – 25 Sept. seiring terjadinya eskalasi ketegangan di Timur Tengah.

Pertemuan tersebut, yang digagas bersama oleh Iran dan Pakistan, akan menghasilkan kecaman yang bulat terhadap pembunuhan Haniyeh sebagai sebuah tindakan eskalatif dan ilegal oleh Israel.

Namun para diplomat Iran juga akan berusaha untuk menghindari pengucilan oleh negara-negara Teluk Arab yang lebih berhati-hati.

Dilansir dari Guardian, peringatan dari Putin, sekutu dekat Iran, dilaporkan disampaikan Sergei Shoigu, mantan menhan dan sekretaris dewan keamanan nasional Rusia saat ia melawat ke  Teheran setelah kematian Haniyeh minggu lalu.

Rusia cemas, respons terhadap pembunuhan Haniyeh dapat menjadi tidak terkendali, terutama jika anggota poros perlawanan semi-negara Iran, termasuk Houthi di Yaman dan Hezbollah di Libanon melancarkan serangan “tak terukur”  ke Israel.

Dron-dron serang Houthi, diduga jenis Samad-3 buatan Iran,  untuk pertama kalinya menghantam ibu kota Israel, Tel Aviv, menewaskan satu orang dan melukai 10 orang, 19 Juli lalu,

Sementara Pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah bersumpah akan memberikan balasan yang keras dan efektif terhadap pembunuhan komandan militernya, Fuad Shukr, di Beirut oleh Israel minggu lalu.

“Apapun konsekuensinya, kami tidak akan membiarkan serangan-serangan Israel berlalu begitu saja,” katanya dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi untuk memperingati tujuh hari pasca pembunuhan Shukr.

Para pejabat Barat terus membujuk dan meyakinkan Iran agar menghindari langkah-langkah yang mengarah pada perang habis-habisan di wilayah tersebut.

Pihak Barat menilai, perang tak akan menguntungkan siapa pun, dan ujung-ujungnya hanya akan membuat Iran terisolasi saat pemerintahan baru di bawah presiden reformis sedang berupaya meningkatkan hubungan dengan dunia luas.

Israel sekarang menghadapi ancaman perang multifront, menghadapi serangkaian kelompok Hamas, Hezbollah, Houthi di Yaman, yang semuanya didukung dan didanai oleh musuh lamanya yakni Iran.

Serangan diperkirakan akan terjadi dalam beberapa hari mendatang menyusul sumpah Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei dan petinggi Hezbollah untuk membalas kematian Ismail Haniyeh di Iran pekan lalu dan komandan militer Hezbollah Fuad Shukr di Beirut.

Namun tekad untuk membalas dendam terhadap Israel  tampaknya tidak didukung oleh seluruh pejabat tinggi di Teheran, karena ada suara-suara yang menyatakan kekhawatiran tentang kemungkinan dampaknya bagi kehidupan sosial dan ekonomi Iran, termasuk dari Presiden Pezeshkian

Di Israel, PM Benjamin Netanyahu seperti dikutip AFP (8/8)menyebutkan, Israel “bertekad mempertahankan diri” menyusul ancaman pembalasan pasca kematian  komandan senior Hizbullah Fuad Shukr di Lebanon dan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Iran pekan lalu.

“Kita siap, bertahan dan menyerang,” ujar Netanyahu di hadapan para personel baru saat pelantikan satuan militer di Tel Hashoma,  Tel Aviv, Rabu (7/8) waktu setempat.

Perang jika tak terelakkan,hanya menimbulkan bencana bagi umat manusia. Yang kalah jadi arang, yang menang jadi abu (berbagai sumber/ns)

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here