MENLU Retno Marsudi menyatakan, pemerintah terus mengupayakan evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Lebanon yang sudah ditetapkan status Siaga I.
“Dengan WNI kita yang ada di Lebanon, kita sudah tetapkan Lebanon sebagai siaga 1,” ujar Retno di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (8/8).
Upaya untuk melakukan atau komunikasi untuk melakukan evakuasi (WNI), menurut Retno, sudah terus dilakukan menyusul situasi di Lebanon belakangan semakin memanas seiring ketegangan antara milisi Hezbollah dan Israel.
Pemicunya, komandan tertinggi dan salah satu pendiri Hezbollah Fuad Shukr dikonfirmasi terbunuh di selatan Beirut (30/7) sebagai aksi balasan Israel atas serangan roket Hezbollah yang menewaskan 12 remaja Israel di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Istael sejak Perang Enam Hari Juni 1967.
Sehari setelah itu, Kepala Biro Politik Hamas yang juga mantan PM Otoritas Palestina Ismail Haniyeh tewas di Teheran (31/7) sehari setelah menghadiri acara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
Sebelumnya, KBRI Beirut mengimbau WNI di Lebanon untuk Bersiap siap untuk meningalkan Lebanon jika situasi semakin memanas.
“Melihat perkembangan situasi, kami pada 29 Juli mengimbau warga untuk melakukan evakuasi mandiri sebagai antisipasi apabila terjadi pemburukan kondisi yang akan sulit untuk keluar dari Lebanon,” kata Konsul KBRI Beirut Yosi Aprizal pekan lalu, (2/8. Menurut dia, ada 203 WNI di Lebanon.
Mulai tinggalkan Lebanon
Sementara itu sejumlah negara juga mendesak warganya yang di Lebanon untuk segera keluar dari negara tersebut dan Indonesia merupakan salah satu di antaranya.
“Mencermati perkembangan kawasan Timur Tengah akhir-akhir ini, demi keselamatan dan keamanan, kami mengimbau WNI untuk sementara waktu tidak melakukan perjalanan ke Lebanon, Iran dan Israel sampai kondisi keamanan membaik,” tulis Kemlu, Senin (5/8).
Selain Indonesia, sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, hingga Perancis juga mendesak warganya untuk meninggalkan Lebanon. Imbauan sejumlah negara agar warganya meninggalkan Lebanon terjadi karena kekhawatiran atas peningkatan konflik di kawasan Timur Tengah.
Pemimpin Hezbollah, Nasrallah bersumpah akan membalas serangan Israel yang terjadi di Beirut, lalu Hezbollah meluncurkan 60 roket dari Lebanon selatan ke Israel utara yang dibalas Israel dengan menyerang konvoi truk yang memasuki Lebanon dari Suriah pada Jumat (2/8)) malam.
Selain melakukan serangan, Nasrallah juga menyatakan adanya “fase baru” dan berbeda dari serangan sebelumnya. Saling serang antara Israel dan Hezbollah diprediksi akan terus meningkat dan dikhawatirkan berdampak pada masyarakat sipil.
Sejak Minggu (4/8) Bandara Beirut dipenuhi oleh warga negara asing yang akan meninggalkan Lebanon.
Perang di Lebanon sudah di ambang mata dan hanya pemimpin kedua pihak yang bertikai yang bisa mencegahnya. (Berbagai sumber/ns)