spot_img

Banjaran Sengkuni (3)

SEBAGAIMANA lazimnya Gen-Z, Haryo Suman juga HP maniac. Ke mana-mana selalu menggenggam HP di tangannya. Bahkan sambil berjalan pun matanya tertuju ke layar HP tanpa takut kakinya kesandung atau kejeblos di jeglongan (lobang). Layar HP itu lalu ditarik ke atas, tarik ke bawah, kadang dijembeng-jembeng (dilebarkan) untuk memperbesar gambar. Kadang Haryo Suman kemudian tertawa sendiri, rupanya sedang nonton TikTok momresinda dari Ciamis, yang orangnya cantik dan aktingnya bagus tapi konten-kontennya banyak yang jorok.

Ketika Haryo Suman membaca portal berita Detikcom, matanya tertarik dengan berita Alap-alapan  Kunthi, yakni berita sayembara memperebutkan sekar kedaton (baca: putri raja) kerajaan Mandura, Prabu Kunthiboja yang pernah tinggal di Boja, Semarang. Lihat fotonya putri tersebut, Haryo Suman langsung tertarik untuk ikut. Cewek itu benar-benar kekinian, bodinya sekel nan cemekel lagi.

“Kakang mbok Gendari, Dewi Kunthi ini cantik dan keibuan. Saya kok ingin ikut pasang giri di Mandura. Siapa tahu dia jodoh saya.” Kata Haryo Suman.

“Hai, hati-hati adikku Haryo Suman! Gogling dulu di internet, siapa dia sesungguhnya. Jangan kau menyesal di belakang nanti.” Ujar Dewi Gendari mengingatkan adiknya.

“Memangnya Dewi Kunthi kenapa?” kata Haryo Suman penasaran.

“Ya ketik saja: wikipedia dewi prita, nanti dimas Haryo Suman akan tahu siapa dia sebenarnya.” Kata Dewi Gendari lagi, bikin Haryo Suman tambah penasaran seperti Rhoma Irama.

Diam-diam Haryo Suman buka situs Wikipedia, tapi masih kurang jelas. Dia kemudian ke Perpustakaan Negara Jalan Malioboro, Yogyakarta. Di sini ketemu buku Silsilah Wayang Purwa Mawa Carita karya S. Padmosukotjo dari Purworejo. Di buku jilid V itu baru cetha wela-wela (jelas), siapa sesungguhnya Dewi Kunthi. Ternyata dia jadi WIL-nya Bethara Surya, gara-gara baca mantra Aditya Redaya wejangan Resi Druwasa.

Dalam buku itu dikisahkan, begitu mantera dibaca, mak bedhengus (tiba-tiba) Bethara Surya datang sambil cengengas cengenges. Tampilannya njuwarehi (kurang pantas). Pakai blangkon metaraman, rambut gondrong, pakai teken dan berkacamata hitam. Kaget sekali Dewi Kunthi. Seingatnya dia tak pernah panggil tukang pijet keliling. Atau sosok ini Gus Miftah ustadz muda yang terkenal itu?

“Maaf Gus Miftah, saya tak panggil ustadz ceramah di istana Mandura.” Kata Dewi Kunthi.

“Ngawur saja kamu. Saya ini gembala sapi, eh….Bethara Surya dari kahyangan Ekacakra. Kamu baca mantra Aditya Redaya, berarti membutuhkan aku. Padahal dewa jika sudah turun ke bumi harus entuk-entukan…..” jawab Bethara Surya sambil tetap cengengesan.

Kaget sekali Dewi Kunthi, apa maksud “entuk-entukan” itu? Bahasa Jawa entuk kan artinya oleh, jadi Bethara Surya minta diberi oleh-oleh? Oh itu mah gampang, buah-buahan pepaya mangga pisang jambu yang dibawa dari Pasar Minggu juga ada. Atau nasi gudeg Adem Ayem dari Jl. Slamet Riyadi Solo juga tinggal telepon. Lewat emban Cangik dan Limbuk Dewi Kunthi segera pesen buah-buahan sekaligus gudeg Adem Ayem untuk oleh-oleh Bethara Surya.

Ternyata bukan itu! Bethara Surya tidak minta oleh-oleh remeh temeh semacam itu. Tapi konsekuensi memanggil Bethara Surya lewat mantra Aditya Redaya, sang pemanggil harus siap melayani hubungan intim bak suami istri. Jabang bayik! Kaget sekali Dewi Kunthi, ternyata mantra Aditya Redaya beda tipis dengan layanan online Open BO. Bagaimana mungkin dia harus melayani dewa berpenampilan rungsep tersebut. Lihat saja sudah minggrang-minggring.

“Sejelek-jelek Bethara Surya, ulun lebih terhormat ketimbang Surya Paloh dan Roy Surya. Dia bikin partai, tapi kadernya pada korupsi. Dia bekas Menpora, tapi omongannya celometan tak menggambarkan bekas pejabat tinggi negara.” Ujar Bethara Surya lagi.

“Apapun status Pukulun Bethara Surya, saya tak mau. Itu perbuatan terkutuk dan dosa.” Jawab Dewi Kunthi sambil menyembah.

Tapi Bethara Surya kok dilawan. Dengan ilmu Aditya Redaya dia bisa berbuat apa saja, termasuk bisa masukkan norma-norma baru dalam UU MK (Mahkamah Kahyangan). Cuma Bethara Surya tak sejahat itu, karena tak mau citra SBG (Sanghyang Bethara Guru) hancur namanya. Dan alhamdulillah, Bethara Kala putra SBG tak banyak maunya. Dia tak pernah kepengin jadi raja Jonggring Salaka. Diberi jatah bisa makan gratis wayang sukerta saja sudah senang bukan main.

Hanya dengan sekali tiup wush……. ke wajah Dewi Kunthi, dia langsung pasrah diperlakukan bak istri sendiri di ranjang. Pokoknya kicak jenang jae, krasa penak meneng wae. Setelah kebutuhan syahwat terpenuhi Bethara Surya pun kembali ke kahyangan Ekacakra. Dia hanya berpesan, jika terjadi apa-apa, hubungi Bethara Surya dengan WA.

“Pakai nomer ini saja yang bebas kuota. Udah ya, ulun kembali  ke pangkalan,” kata Bethara Surya.

“Ya Pukulun….” hanya itu jawaban Dewi Kunthi, karena tubuhnya mendadak adem panas.

Haryo Suman terus membaca buku Silsilah Wayang Purwa Mawa Carita tersebut. Dia kaget ketika dalam buku itu diceritakan Dewi Kunthi hamil dan Prabu Kunthiboja marah-marah pada Bethara Surya. Raja Mandura itu tak mau anaknya ternoda, gara-gara punya anak. Tapi digugurkan juga tak mau, karena itu pelanggaran HAM. Pokoknya dipersilakan bayi lahir, tapi jangan pakai cara konvensional sehingga Dewi Kunthi tetap perawan dan namanya tetap terjaga sebagai sekar kedaton Mandura.

Bagi Bethata Surya, ini mah urusan kecil. Bayi itu pas 9 bulan 10 hari dilahirkan lewat telinga. Karena itulah kemudian diberi nama Karno atau Suryaatmojo, karena dia merupakan hasil “setruman” Bethara Surya. Agar tidak merusak nama keluarga besar raja Mandura, bayi kemudian dihanyutkan ke dalam kali Ciliwung yang kini sudah diteruskan normalisasinya oleh PLT Gubernur DKI. Dan tahunya, Dewi Kunthi masih gadis buntelan plastik karena beritanya tak sampai tercium wartawan dan youtuber.

“Oo, jadi Dewi Kunthi itu sesungguhnya sudah tidak ori lagi ya kakang embok,” kata Haryo Suman pada Dewi Gendari, sang kakak.

“Lha memang iya. Tapi kalau kamu ngebet mau ikut pasang giri, ya silakan saja.” Jawab Dewi Gendari lagi. (Ki Guna Watoncarita)

spot_img

Related Articles

spot_img

Latest Articles