Banjir Jabodetabek Sebabkan Kerugian Rp1,69 Triliun, Ini Dampaknya

Banjira besar kembali melanda kawasan Jabodetabek, sejak Selasa (4/3) sehingga melumpuhkan aktvitas warga.

JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa dalam hitungan hari, banjir bandang yang melanda wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) telah menyebabkan kerugian sosial dan ekonomi yang sangat besar, mencapai lebih dari Rp1,69 triliun.

Perhitungan nilai kerugian tersebut didasarkan pada rekapitulasi data yang diterima BNPB dalam rapat koordinasi tingkat menteri yang membahas strategi penanganan dan pengurangan risiko bencana banjir jangka pendek hingga menengah.

Rapat ini berlangsung di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) di Jakarta, Kamis (27/3/2025).

“Total kerusakan dan kerugian akibat banjir ini mencapai Rp1.699.670.076.814. Angka ini menunjukkan dampak signifikan terhadap infrastruktur, ekonomi, serta kehidupan masyarakat di wilayah terdampak,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam keterangannya, Kamis malam.

Abdul menjelaskan bahwa banjir yang terjadi pada Minggu (2/3/2025) dan Senin (3/3/2025), berdampak besar terhadap sektor ekonomi dan kehidupan masyarakat di Jabodetabek.

Dampak Kerugian di Berbagai Wilayah

BNPB mencatat bahwa Kabupaten Bekasi mengalami kerusakan terbesar, dengan nilai mencapai Rp659,1 miliar serta tambahan kerugian sebesar Rp20,9 miliar, sehingga totalnya sekitar Rp680 miliar. Sementara itu, Kota Bekasi mencatat kerugian tertinggi tanpa laporan kerusakan fisik, dengan total Rp878,6 miliar.

Di wilayah lain, kerusakan dan kerugian tercatat sebagai berikut:

  • DKI Jakarta: Rp1,92 miliar.
  • Kabupaten Bogor: Rp96,7 miliar.
  • Kota Depok: Rp28,8 miliar.
  • Kabupaten Tangerang: Rp5,06 miliar (tanpa laporan kerusakan fisik).
  • Kota Tangerang dan Tangerang Selatan: Tidak ada laporan kerusakan atau kerugian signifikan.

Sektor yang Paling Terdampak

Menurut BNPB, sektor perumahan menjadi yang paling terdampak dengan total kerusakan dan kerugian mencapai Rp1,34 triliun. Selain itu:

  • Sektor infrastruktur mengalami kerusakan senilai Rp45,88 miliar, dengan tambahan kerugian dari gangguan transportasi dan fasilitas umum sebesar Rp110,1 miliar, sehingga totalnya mencapai Rp155,9 miliar.
  • Sektor ekonomi juga terpukul dengan nilai kerusakan mencapai Rp130,2 miliar dan kerugian akibat penurunan aktivitas ekonomi sebesar Rp14,18 miliar.
  • Sektor sosial mengalami kerugian sebesar Rp36,78 miliar, yang mencakup gangguan layanan kesehatan, pendidikan, serta meningkatnya kebutuhan bantuan sosial.
  • Kerugian lintas sektor, termasuk dampak terhadap tata kelola pemerintahan dan lingkungan, tercatat sebesar Rp352,4 juta.

“Data ini menunjukkan bahwa dampak banjir tidak hanya terbatas pada kerusakan infrastruktur, tetapi juga menghambat aktivitas ekonomi masyarakat,” kata Abdul.

Upaya Penanggulangan BNPB

Untuk mengatasi dampak banjir, BNPB telah melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) guna mengurangi intensitas hujan di wilayah terdampak.

Selain itu, BNPB juga menyalurkan bantuan berupa dana operasional serta logistik dan peralatan dengan total nilai Rp8,22 miliar kepada pihak-pihak terkait dalam penanganan bencana.

“Dengan total kerugian hampir Rp1,7 triliun, banjir Jabodetabek 2025 menjadi salah satu bencana dengan dampak sosial dan ekonomi yang besar,” tutup Abdul.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here