Bantuan Pakaian Menumpuk di Posko Pengungsian Gempa Cianjur, Ini Kata Penyintas

Beberapa karung bantuan pakaian bekas menumpuk di posko Pengungsian Kampung Tunggilis Pojok, Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Cianjur, Jawa Barat. (Foto: Ikbal Selamet/detikJabar)

CIANJUR – Bantuan pakaian layak pakai untuk penyintas gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menumpuk dan tidak terpakai di sejumlah titik pengungsian. Penumpukan bantuan pakaian tersebut salah satunya berada di Kampung Tunggilis Pojok, Desa Ciherang, Kecamatan Pacet.

Tampak beberapa karung pakaian layak pakai menumpuk di pos ronda. Suryana (29), warga sekaligus pengungsi di Kampung Tunggilis Pojok mengatakan bahwa menumpuknya bantuan pakaian bukan karena masyarakat tidak membutuhkan bantuan, namun terlalu banyaknya bantuan pakaian ke titik tersebut.

“Di sini ada 500 orang yang mengungsi, saat ada bantuan pertama, masyarakat yang pakaiannya hilang tertimbun gempa langsung berebut mengambil. Tapi, lama-kelamaan bantuan terus datang. Setiap yang bawa bantuan sembako, terpal, rata-rata memberi bantuan pakaian juga. Jadinya terlalu banyak, dan menumpuk,” kata dia, dikutip dari detik.com, Kamis(1/12/2022).

Suryana menjelaskan bahwa pakaian yang disalurkan selalu dibungkus karung tanpa dipisahkan berdasarkan ukuran dan jenis pakaiannya. Sehingga, masyarakat hanya mengambil beberapa yang memang seukuran dengan badannya dan sesuai usia.

“Bantuan yang datang itu biasanya langsung satu karung pakaian. Setelah dibuka, ternyata kebanyakan pakaian perempuan, sementara untuk laki-laki tidak ada. Kemudian, ukurannya banyak yang kekecilan atau hanya untuk dewasa, sedangkan anak-anak tidak ada. Makanya banyak yang sisa, disimpan lah oleh warga, bukan dibuang begitu saja,” tuturnya.

Jika di poskonya, menurut Suryana, pakaian tersebut disimpan di tempat yang teduh agar bisa dipilih lagi oleh warga yang masih kekurangan pakaian.

“Ya, meskipun di pos ronda, yang penting tidak kehujanan. Nanti kalau warga butuh, biasanya cari lagi pakaian di karung tersebut yang seukuran dengan badannya. Kalau memang terlalu banyak, mungkin nanti ada perwakilan dari posko ini yang sebarkan ke posko lain yang belum dapat,” ucap dia.

Suryana berharap jika bantuan pakaian tidak diberikan sudah dipilah berdasarkan ukuran, jenis kelamin, serta usia. Sehingga, saat bantuan tiba warga bisa mengambil sesuai kebutuhan dan sisanya bisa dibawa lagi oleh relawan ke lokasi lainnya.

“Jadi, kami tidak pernah menolak bantuan apapun, kami bersyukur dengan setiap bantuan. Tapi, alangkah lebih baiknya jika tertata, khususnya untuk bantuan pakaian, supaya tidak mubazir dan menumpuk. Saya yakin, di lokasi lain juga alasannya begitu,” ujar Suryana.