“Bersih-bersih” di Istana Arab Saudi

0
385
Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud (kiri) bersama Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman melancarkan pembersihan di kalangan istana (Jumat 6 Maret) yang dianggap merancang kudeta di tengah rumor, wafatnya sang raja.

AKSI penangkapan dilakukan terhadap sejumlah elite di kalangan istana Kerajaan Arab Saudi Jumat lalu (6/3) atas tuduhan adanya konspirasi merancang kudeta untuk menggulingkan kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed bin Salman ( MBS).

Middle East Eye melaporkan, (6/3), empat tokoh kunci yang dicokok adalah Pangeran Ahmed bin Abdulaziz (adik Raja Salman, ayah MBS) yang dicap pembangkang pada MBS , Pangeran Nayef bin Ahmed bin Abdulaziz (Kepala Pasukan Intelijen dan Keamanan, Pangeran Mohammed bin Nayef dan saudara tirinya, Pangeran Nawaf.

Pangeran Mohammed bin Nayef  sebelumnya  pernah dinobatkan sebagai putra mahkota, namun Raja Salman kemudian menetapkan  puteranya (MBS).  Ia memang dikenal secara terbuka sering mengecam  MBS yang juga keponakannya, sedangkan Pangeran Ahmed bin Abdulaziz (78)  adalah adik Raja Salman.

Gunjang-ganjing di kalangan istana Saudi kali ini diduga selain sebagai upaya MBS mengokohkan posisinya, juga memicu spekulasi akan terjadi suksesi kepemimpinan di negara petrodollar itu akibat memburuknya kesehatan Raja Salman (84).

Pangeran Ahmed termasuk yang paling keras menentang pengangkatan MBS sebagai putera mahkota (dinobatkan 21 Juni 2017) karena dianggap melanggar tradisi kepemimpinan dinasti al-Saud selama ini yang dilakukan antarsaudara putra-putra Raja Abdulaziz bin Saud (pendiri Kerajaan Arab Saudi pada 1902).

Sumber Reuters menyebutkan, Raja Salman  yang selama ini diketahuimengalami dimensia akibat usianya, menandatangani sendiri surat penangkapan saudara-saudaranya yang dianggap membangkang.

Aksi penangkapan di kalangan istana, bukan kali ini dilakukan MBS karena sebelumnya paling tidak 500 elite negeri keluarga kerajaan juga diciduk atas tuduhan korupsi pada 2017 lalu dan mereka diminta untuk mengembalikan asset kerajaan yang dijarah.

Nama MBS sendiri pernah dikait-kaitkan terlibat dalam kasus dugaan mutilasi terhadap wartawan senior the Washington Post asal Saudi, Jamal Kashoggi yang dikenal kritis terhadap kebijakan pemerintah. Kashoggi raib saat mengurus visa di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, 2 Okt. 2018, dan dari sejumlah petunjuk ia diduga dimutilasi dan jasadnya disirami cairan kimia sehingga tidak berwujud.

Sementara itu, sejauh ini motif sebenarnya penangkapan kalangan istana oleh MBS masih simpang-siur, ada yang menyebutkan karena MBS mengendus rencana konspirasi untuk menggagalkannya menjadi raja jika ayahnya, Raja Salman yang sudah sakit-sakitan wafat.

Pengamat politik Saudi, Saad al-Faqih kepada TV AL-Jazeera mengemukakan, saat ini terjadi pertarungan menuju kekuasaan antara penerus dinasti al-Saud (Raja Abdulaziz al-Saud dan permaisurinya Husa Sudairi) yang memiliki tujuh putera.

Dari tujuh orang tersebut terbentuk empat faksi terkuat yakni al-Fahd, al-Sultan, al-Salman dan al-Nayef, sementara tiga faksi lainnya yakni  dari Pangeran Abdul Rahman, Pangeran Turki II dan Pangeran Ahmed kurang diperhitungkan.

Tersiar kabar burung, faksi al-Nayef mendukung Pangeran Ahmed sebagai raja sepeninggal Raja Salman nantinya dengan memanfaatkan kedekatanya dengan Dinas Rahasia AS (CIA) saat ia menjabat mendagri dan sebelum didepak sebagai putera mahkota. Hari ini (9/3) juga beredar rumour, Raja Salman wafat.

Semua masih serba gelap, apakah gunjang-ganjing di istana Saudi cuma sebatas dinamika sesaat atau berlanjut menjadi awal perubahan seperti  gerakan Arab Spring yang melanda Timur Tengah, 2011 lalu. (Berbagai sumber/ns)

 

 

 

Advertisement div class="td-visible-desktop">