Dokter: Indonesia Miliki Banyak Penderita Talasemia

0
121

JAKARTA – Dokter spesialis anak, dr. Agus Fitrianto, Sp.A (K), menyatakan bahwa di Indonesia terdapat banyak penderita talasemia karena wilayah Indonesia masuk dalam daerah sabuk talasemia.

“Di Indonesia sendiri cukup banyak kasus talasemia karena dilewati oleh sabuk talasemia,” katanya dalam acara diskusi  memperingati Hari Talasemia Sedunia secara daring di Jakarta, Selasa (9/5/2023).

Menurut Agus, talasemia adalah penyakit genetik yang disebabkan oleh kelainan genetik yang dibawa oleh nenek moyang pada masa lampau saat melintasi wilayah Indonesia.

Ia menambahkan, penyakit ini dapat diturunkan secara genetik kepada anak penderita talasemia jika orang tua pembawa gen talasemia menikah dengan orang lain yang juga membawa gen talasemia dan kemudian melahirkan anak.

Agus menyarankan agar jika ada anggota keluarga yang menunjukkan gejala talasemia, keluarga tersebut harus melakukan skrining untuk membantu penanganan penyakit tersebut.

“Idealnya, kalau ada anggota keluarga memiliki gejala talasemia, maka keluarga wajib melakukan skrining untuk membantu langkah penanganannya,” katanya.

Agus menjelaskan, gejala talasemia pada anak-anak antara lain sering terlihat pucat, gangguan pertumbuhan, kulit sedikit kuning, dan perut yang membesar hingga terlihat cembung.

Dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Umum Daerah Prof Dr. Margono, Banyumas, Jawa Tengah, ini menambahkan, tindakan pencegahan dan pengobatan yang tepat dapat membantu penderita talasemia untuk hidup sehat dan normal.

Namun, ia menekankan bahwa cara terbaik untuk mengetahui seseorang menderita penyakit talasemia adalah melalui pemeriksaan darah. Karena, talasemia merupakan penyakit genetik yang dapat didiagnosis dengan pasti melalui tes darah.

“Nantinya bisa dipastikan dengan Elektroforesis Hb (pemeriksaan hemoglobin) untuk menemukan kelainan Hb nya,” ujarnya.

Penyakit talasemia, kata Agus, terbagi menjadi tiga jenis, yaitu talasemia minor, intermediat, dan mayor.

Pada penderita talasemia minor dan intermediat, pasien tidak perlu bergantung pada transfusi darah yang rutin, namun pada talasemia mayor, pasien memerlukan transfusi darah seumur hidup.

Penyakit talasemia disebabkan oleh berkurangnya atau tidak terbentuknya protein pembentuk hemoglobin utama manusia, yang menyebabkan sel darah merah mudah pecah dan memicu anemia yang membuat pasien menjadi pucat.

Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa sekitar 7-8 persen penduduk dunia memiliki kelainan gen hemoglobin. Sehingga, diperkirakan sekitar 20 juta orang di Indonesia juga membawa kelainan gen ini.

Agus menekankan bahwa jika pengobatan talasemia berjalan dengan baik, maka anak-anak yang menderita penyakit ini dapat tumbuh dan berkembang secara normal seperti anak-anak lainnya.

“Jangan berkecil hati jika anak Anda terdiagnosis talasemia, karena jika pengobatan talasemia berjalan dengan baik, anak bisa tumbuh kembang normal sebagaimana anak lainnya,” tuturnya.

Sumber: Antara

Advertisement div class="td-visible-desktop">