BANGKOK—Sekelompok massa menyerang konsulat kehormatan Thailand di
Istanbul pada Rabu (8/7/2015). Penyerangan ini diduga sebagai buntut
dari keputusan Pemerintah Thailand yang mengekstradisi penacari suaka
Uighur ke Tiongkok.
Kementerian Luar Negeri Thailand mengatakan
tidak ada yang terluka dalam serangan itu. Sementara itu Kedutaan Besar
Thailand di Ankara telah meminta sekitar 1.300 warga Thailand yang
tinggal di Turki untuk waspada. Menurut laporan media lokal, bagian
konsulat dari Kedutaan Thailand di Turki akan ditutup pada hari Kamis
ini.
Pada bulan Maret 2014 lalu, lebih dari 200 etnis Uighur
ditangkap di sebuah perkebunan karet di provinsi Songkhla. Mereka
ditangkap karena masuk secara ilegal.
“Thailand mengirim sekitar
100 warga Uighur kembali ke Tiongkok kemarin,” ujar Kolonel Weerachon
Sukhondhapatipak, juru bicara pemerintahkepada wartawan, Kamis
(9/7/2015) seperti dikutip Channel News Asia.
Ia menambahkan,
Thailand telah bekerjasama dengan Tiongkok dan Turki untuk memecahkan
masalah Muslim Uighur. Kami telah mengirim mereka kembali ke Tiongkok
setelah memverifikasi kewarganegaraan mereka.
Kelompok pembela
HAM telah menyatakan keprihatinannya atas keputusan Thailand
mengekstradisi Uighur ke Tiongkok. Mereka mengkhawatikan Muslim Uighur
tersebut akan mendapatkan perlakukan buruk, dan bahkan penyiksaan.
“Hal
ini sangat mengejutkan dan mengganggu, bahwa Thailand menyerah pada
tekanan dari Beijing,” ungkap Sunai Phasuk, peneliti di Human Rights
Watch Thailand kepada Reuters.
“Dengan mengirim kembali 90 orang
Uighur, Thailand telah melanggar hukum internasional. Di Tiongkok
mereka bisa menghadapi pelanggaran serius termasuk penyiksaan dan
penghilangan.”
Perlakuan Tiongkok terhadap Muslim Uighur menjadi
isu sensitif bagi orang Turki. Pasalnya, mereka merasa memiliki
kedekatan, baik latar belakang agama maupun budaya. Uighur dianggap
sebagai “saudara” di Turki, yang telah menjadi tuan rumah sebuah
komunitas besar Uighur.
Sementara Tiongkok adalah rumah bagi
sekitar 20 juta Muslim yang tersebar di seluruh wilayahnya yang luas,
sebagian di antaranya adalah Uighur.
Sentimen anti-Tiongkok
meningkat di Turki selama beberapa minggu terakhir. Tiongkok dianggap
membatasi dan menindas komunitas Uighur. Mereka dilarang menjalankan
ritual agama selama Ramadhan. Pemerintah Tiongkok telah membantah
tuduhan ini.