TERJEBAK dalam konflik di dalam negeri sejak 2011 sepeninggal orang kuat Hafez Asaad yang memimpin Suriah selama tiga dekade (1970 – 2000), kini malah bereskalasi setelah aliansi pemberontak merebut sejumlah wilayah, Minggu lalu (30/11).
Menurut sejumlah aktivis, dimotori Lasykar Hayat Tahrr al Sham (HTS) kubu pemberontak hanya menghadapi sedikit atau sama sekali tidak ada perlawanan dari pasukan pemerintah.
Ribuan anggota pemberontak juga menyerbu kota-kota dan desa-desa di Hama utara, provinsi tempat mereka pernah berada sebelum diusir oleh pasukan pemerintah pada 2016.
Presden Bashar al-Assad masih merasa “PD” dan bersumpah untuk merebut kembali wilayah yang dikuasai HTS dan kelompok perlawanan. Pasukan rezim al-Assad sejauh ini didukung oleh Turki, Iran dan Rusia.
Menurut lapora Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) berbais di Inggeris, sedikitnya 327 orang, termasuk 44 warga sipil, telah tewas sejak operasi dimulai pada Rabu dan ribuan orang juga dilaporkan telah mengungsi menyusul meningkatnya kekerasan.
Pemberontak juga melakukan upaya untuk merebut kembali wilayah yang mereka kuasai di Hama pada 2017 tetapi gagal. Sementara itu, untuk meredam serangan besar-besaran di Aleppo dan menyelamatkan banyak nyawa, AB Suriah akan mengerahkan kembali pasukan untuk mempersiapkan serangan balik.
Eskalasi pertempuran meningkat setelah jet jet tempur Rusia dan Suriah terus menyerang kota Idlib yang dikuasai pemberontak di Suriah utara pada Minggu (1/12) .
Suriah tak lepas dari konflik pasca kematian diktator Hafez Al Asaad, ayah Bashar Al Asaad yang memimpin negeri itu selama
30 tahun (1970 – 2000), lalu digantikannya sampai kini.
HTS sendiri adalah kelompok berafiliasi dengan Al Qaeda yang memiliki sejarah panjang dalam konflik Suriah di mana para pemimpin Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) terlibat dalam pembentukan HTS.
Pihak Militer menyebut akan kembali berkumpul untuk mempersiapkan kedatangan bala bantuan guna melancarkan serangan balik.
AS dan PBB telah lama menetapkan HTS sebagai organisasi teroris. Pemimpinnya, Abu Mohammed al-Golani, muncul sebagai pemimpin cabang al-Qaeda di Suriah pada 2011, selama bulan-bulan pertama perang saudara di Suriah.
Menilik lokasinya yang berada di persimpangan rute perdagangan selama ribuan tahun, Aleppo adalah salah satu pusat perdagangan dan budaya di kawasan Timur Tengah.
Aleppo merupakan rumah bagi sekitar 2,3 juta orang sebelum perang Suriah meletus pada 2011. Para pemberontak merebut sisi timur kota tersebut pada 2012. Sejak itu, Aleppo menjadi simbol paling membanggakan dari kemajuan kelompok oposisi bersenjata.
Hingga pada 2016, pasukan pemerintah didukung oleh serangan udara Rusia mengepung Aleppo. Peluru, rudal, dan bom barel Rusia secara sistematis menghancurkan permukiman.
Dalam keadaan kelaparan dan terkepung, para pemberontak memutuskan menyerahkan Aleppo.
Warga Indonesia
Sementara itu, Kemenlu RI saat ini sedang menyiapkan langkah kontingensi warga negara Indonesia (WNI) di Suriah menyusul memanasnya perang yang melibatkan negara-negara lain di wilayah tersebut.
Langkah itu diambil segera setelah terjadi eskalasi pada 27 November, ketika pasukan pemberontak HTS menyerang Aleppo. Ini menjadi yang pertama kali pasukan oposisi merebut wilayah Aleppo sejak tahun 2016.
“Segera setelah terjadi eskalasi pada 27 November, kami di pusat bersama pihak terkait berkoordinasi dengan KBRI Damaskus untuk melakukan langkah-langkah kontingensi,” kata Direktur Perlindungan WNI Judha Nugraha (5/12).
Setidaknya, ada delapan provinsi yang saat ini berstatus Siaga 1, di antaranya Aleppo, Idlib, Hama, Deir Ez-Zor, Hasaka, Raqqa, Daraa, Suwaida. Provinsi tersebut dinilai berbahaya dan dapat mengancam keselamatan warga negara Indonesia.
Wilayah Deir Ez-Zor, Hasaka, Raqqa ini sudah ditetapkan siaga 1 pada 2023. Jadi tambahannya adalah Aleppo, Idlib, hama, Daraa, dan Suwaida,” tutur dia.
Totalnya ada 1.162 WNI di Suriah, 29 orang d antaranya berada di Aleppo dan 6 orang di Hama yang merupakan wilayah yang sedang bergejolak, sebagian bekerja di sektor domestik, dan dua orang mahasiswa..
WNI lainnya tersebar di sejumlah wilayah, mayoritas di Damaskus yakni 758 orang, ada pula di Hasaka 321 orang, Tartus 17 orang, Latakia 20 orang dan di Rif Dimashq delapan orang.
Konflik di kawasan Timur tengah seolah tidak ada matinya, belum selesai yang satu, muncul konflik lain. Entah sampai kapan?