Fakta Ramadan di Palestina:  Penuh Tantangan, Warga Hadapi Krisis dan Pembatasan Ibadah

0
15
Hampir seluruh bangunan, sarana dan prasaraa umum termasuk tempat-tempat ibadah aporak poranda dibombardir Israel sejak 8 Oktober 2023.

JAKARTA – Bulan suci Ramadan biasanya disambut dengan penuh kebahagiaan oleh umat Islam di seluruh dunia. Namun, bagi warga muslim di Jalur Gaza, Palestina, Ramadan 2025 masih diwarnai oleh krisis akibat serangan Israel yang berlangsung sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.

Meskipun telah ada kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan kelompok perlawanan Hamas Palestina, berbagai laporan menyebutkan bahwa Israel masih melakukan serangan yang menyasar warga sipil di Jalur Gaza.

Berikut beberapa fakta terkait situasi di Jalur Gaza dan Tepi Barat selama Ramadan 2025:

  • Prancis Kecam Penangguhan Bantuan Kemanusiaan ke Gaza oleh Israel

Pada 6 Maret 2025, Prancis mengkritik keputusan Israel yang menangguhkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza selama Ramadan. Dalam pernyataannya, Prancis menekankan pentingnya bantuan ini bagi warga sipil yang berada di wilayah yang terkepung tersebut.

“Kami mengecam keras keputusan pemerintah Israel untuk menghentikan bantuan, yang mengakibatkan penerapan undang-undang yang melarang semua kontak antara otoritas dan pejabat Israel dengan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA),” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Christophe Lemoine dalam jumpa pers mingguan.

Saat menjawab pertanyaan dari Kantor Berita Turki Anadolu mengenai kemungkinan sanksi atas kebijakan Israel tersebut, Lemoine menyebut bahwa Prancis, Inggris, dan Jerman bersama-sama mengecam keputusan tersebut.

  • Netanyahu Perketat Pembatasan Salat Jumat di Masjid Al-Aqsa Selama Ramadan

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada Kamis (6/3/2025), menyetujui kebijakan untuk semakin membatasi akses jamaah Palestina ke Masjid Al-Aqsa selama Ramadan.

Dalam pernyataan dari kantornya, Netanyahu mengadopsi rekomendasi keamanan yang hanya mengizinkan sejumlah kecil jamaah dari Tepi Barat untuk masuk ke masjid, dengan sistem yang sama seperti tahun sebelumnya.

Berdasarkan aturan baru, hanya pria berusia di atas 55 tahun, wanita di atas 50 tahun, dan anak-anak di bawah 12 tahun yang diizinkan masuk, itupun dengan izin keamanan serta pemeriksaan ketat di pos pemeriksaan.

  • Israel Menolak Buka Masjid Ibrahimi di Hebron Secara Penuh Selama Ramadan

Selain pembatasan di Masjid Al-Aqsa, Israel juga melarang pembukaan penuh Masjid Ibrahimi di Hebron bagi jemaah muslim setiap hari Jumat selama Ramadan.

Menurut Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Palestina, kebijakan ini merupakan langkah yang “belum pernah terjadi sebelumnya dan berbahaya,” terutama di bulan Ramadan yang dianggap suci.

Biasanya, masjid ini dibuka penuh bagi umat Islam pada malam Jumat selama Ramadan sebagai bagian dari tradisi tahunan.

  • Puluhan Ribu Warga Palestina Ikut Salat Jumat Pertama Ramadan di Masjid Al-Aqsa

Meski menghadapi pembatasan ketat dari Israel, sekitar 90 ribu warga Palestina tetap melaksanakan salat Jumat pertama Ramadan di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur.

“Sekitar 90 ribu warga mengikuti salat Jumat di Masjid Al-Aqsa,” kata Syekh Azzam al-Khatib, direktur jenderal Wakaf Islam di Yerusalem, kepada Anadolu.

Pasukan Israel dikerahkan secara besar-besaran di sekitar masjid dan Kota Tua Yerusalem untuk membatasi akses masuk jemaah.

  • Pemukim Israel Serbu Masjid di Tepi Barat dan Menyerang Jemaah

Pada Minggu malam, sekelompok pemukim ilegal Israel menyerbu sebuah masjid di Tepi Barat utara saat salat Ramadan berlangsung. Mereka menyerang jemaah yang sedang beribadah dan merusak isi masjid.

Thaer Haneni, aktivis yang berada di lokasi saat kejadian, mengatakan bahwa penyerangan terjadi di Masjid Beit Sheikh di Desa Khirbet Tana, dekat Beit Furik.

Menurutnya, sekelompok pemukim berseragam militer Israel tiba di masjid dengan kendaraan tanpa tanda pengenal, didampingi kendaraan kargo kecil.

“Mereka menyita kartu identitas dan ponsel kami, melakukan penggeledahan lebih rinci, dan memaksa kami duduk di tanah di halaman masjid selama hampir satu jam,” ungkap Haneni.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here