CIAMIS – Gempa berkekuatan 5,7 SR mengguncang wilayah Jakarta, Ciamis, Cilacap, Kebumen, dan Yogyakarta pada Sabtu (24/07/2015) subuh pukul 04:44 WIB. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyebut dampak gempa yang terjadi d Ciamis dengan kekuatan mencapai 5,7 Skala Richter bermacam-macam.
“Gempa dirasakan lemah, sedang hingga kuat oleh masyarakat di beberapa daerah oleh masyarakat di Tasikmalaya, Kota Ciamis, Cilacap, Kebumen, Purworejo, Purbalingga, Kota Yogyakarta, Gunungkidul, Bantul, Prambanan Klaten, Solo, Magelang, Wonogiri, Pacitan, dan Ponorogo,” kata Sutopo dalam keterangan persnya.
Sutopo menjelaskan berdasarkan data dari BMKG, pusat gempa berada di Samudera Hindia dengan kedalaman 10 Km. Pusat gempa berada di 111 km Tenggara Ciamis-Jabar, 115 km Tenggara Cilacap-Jateng, 117 km Barat Daya Kebumen-Jateng, dan 147 km Barat Daya Yogyakarta.
“Gempa tidak berpotensi tsunami,” ujar Sutopo.
Ia menjelaskan, pusat gempa 5,7 SR bukan berada di jalur subduksi atau pertemuan lempeng Hindia Australia dan lempeng Eurasia, tetapi berada di sisi dalam lempeng Eurasia. Wilayah selatan Pulau Jawa adalah daerah rawan gempa dan tsunami. Aktifnya jalur subduksi tersebut bergerak rata-rata 5-7 cm per tahun ke arah Timur Laut-Utara.
“Potensi gempa maksimum di Jawa Megathrust di selatan Jawa sekitar 8,1 – 8,2 SR. Dari Selat Sunda hingga Bali sepanjang jalur Jawa Megthrust tersebut baru di selatan Pangandaran (7,8 SR, tahun 2006) dan selatan Banyuwangi (7,8 SR, 1994) yang pernah terjadi gempa besar dan tsunami dalam kurun waktu 165 tahun terakhir. Daerah lainnya tidak ada catatan sejarah gempa besar dan dinyatakan sebagai seismic gap,” jelasnya.
Sutopo menambahkan, upaya kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana di daerah selatan Jawa harus ditingkatkan terus menerus karena memang wilayah tersebut rawan gempa dan tsunami.