BANGKOK—Sedikitnya 17 negara yang terkait dengan isu “migrant crisis”, menggelar pertemuan hari ini, Jumat (29/5/2015) di Bangkok untuk mencari jalan keluar. Pertemuan ini merupakan pertemuan lanjutan yang digelar di Putra Jaya, Malaysia 20 Mei lalu.
Isu manusia perahu dan perdagangan manusia yang melibatkan pengungsi dan pencari suaka dari Myanmar dan Bangladeh memang menjadi sorotan dunia beberapa waktu belakangan. Kedua negara tersebut paling disorot mengingat peran mereka dalam menangani masalah ini sangat minim.
Negara-negara yang terlibat dalam “Friday Talks” ini adalah Australia, Bangladesh, Kamboja, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Vietnam, Thailand, Selandia Baru, Papua Nugini, Sri Lanka , Pakistan, Afghanistan dan Iran.
Amerika Serikat, Jepang dan Swiss juga mengirim utusannya sebagai pengamat. Ada juga pejabat dari badan pengungsi PBB, Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan dan Organisasi Internasional untuk Migrasi yang turut hadir dalam pertemuan ini.
Namun, beberapa wartawan yang mengetahui pertemuan ini, sebagaimana dilansir bbc mengatakan, banyak dari mereka yang hadir, bukan pejabat setingkat menteri. Sehingga, mereka menyangsikan pembicaraan ini bisa menghasilkan kesepakatan yang mengikat dan rencana aksi yang konkret.
Direktur International Organization of Migration (IOM), William Lacy menekankan beberapa aspek yang harus dibahas secara serius dalam pertemuan ini, yaitu penyebab mereka “lari” negara mereka, bagaimana memberikan pengungsi pekerjaan yang lebih baik, perlindungan keamanan dan hak asasi, serta upaya bersama untuk melawan perdagangan manusia yang hingga kini belum tertangani.
“”Kami mengharapkan adanya mekanisme yang baik, agar pertemuan yang dilakukan ini membawa dampak manfaat untuk para pengungsi, juga menyeimbangkan antara aspek keamanan negara dan hak-hak asasi manusia,” ujar Lacy sebagaimana dikutip Bangkok Post.