
PASUKAN Israel (IDF), mengacu pernyataan terdahulu para pemimpinya termasuk PM Benjamin Netanyahu, mulai menyerang Rafah, Selasa (7/5), sebaliknya, Hamas dapat menerima gencatan senjata yang dimediasi Mesir dan Qatar.
Serangan ke zona demiliterisasi koridor Philadelphia yang berbatasan dengan Mesir ditargetkan terhadap kelompok Hamas berkekuatan empat brigade yang diyakini oleh IDF berbaur dengan warga sipil di wilayah Rafah.
Ancang-ancang penyerangan ke Rafah sudah disampaikan berulang kali oleh para petinggi militer termasuk oleh PM Benjamin Netanyahu yang menganggap hal itu harus dilakukan demi memastikan kemenangan Israel atas lawannya, Hamas.
Koridor atau rute Philadelphia adalah nama sandi Israel untuk sebidang tanah “tak bertuan” seluas 14 Km di sepanjang perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir yang kendalinya ingin dipegang oleh PM Netanyahu.
“Koridor Philadelphia harus ada di tangan kami. Ditutup, karena cara pengaturan lain tidak akan menjamin demiliterisasi seperti yang kami inginkan, “ ujar PM Israel itu.
Harian Inggeris, The Guardian melaporkan, Selasa (7/5), tank-tank Merkava Israel tampak di pinggiran timur Rafah dan pejabat keamanan Palestina menyebutkan, mereka telah mencapai jarak 200 meter dari persimpangan Rafah dengan Mesir.
Situs Axios mengutip sumber yang tidak diuangkapkan mengatakan, pasukan Israel berencana mengambil alih penyeberangan Rafah di sisi Palestina yang merupakan satu-satunya pintu gerbang antara Mesir dan Gaza sebagai jalur operasi kemanusiaan dan relawan.
Sementara itu, pejabat RS Palestina mengatakan, serangan pada sebuah rumah di Rafah, Senin malam menewaskan lima warga Palestina, termasuk masing-masing seorang perempuan dewasa dan anak perempuan.
Sebelumnya, 22 orang termasuk dua bayi dan anak-anak lainnya tewas dalam serangan, hari Senin yang terjadi ketika Hamas menyatakan telah menyetujui proposal gencatan senjata Gaza dari mediator Mesir dan Qatar.
Hamas terima gencatan senjata
Hamas dalam sebuah pernyataan singkat ketuanya, Ismail Haniyeh, telah memberi tahu Qatar dan Mesir, mereka bisa menerima proposal gencatan senjata, sehingga warga sipil Palestina turun ke jalan-jalan di Rafa, meluapkan kegembiraannya.
Sebaliknya, Kantor PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, usulan gencatan senjata tersebut tidak memenuhi tuntutan Israel dan kabinet perangnya telah mengonfirmasi kelanjutan operasi di Rafah.
Namun demikian, Israel menyatakan masih akan mengirimkan delegasi untuk bertemu dengan para perunding guna mencoba mencapai kesepakatan.
Seorang pejabat Israel mengaku tidak memahami proposal mana yang diterima Hamas, karena beberapa persyaratan tampaknya sangat berbeda dari apa yang disebutkan oleh mediator pada Israel dan disetujui oleh pemerintah Israel pekan lalu.
“Kami tidak mengenali beberapa orang,” kata pejabat tersebut, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya. Sedangkan di Tel Aviv, ratusan warga Israel berkumpul di markas besar militer untuk menyerukan kesepakatan, sementara pertemuan yang lebih kecil dilaporkan terjadi di Yerusalem dan kota-kota lain
Forum Sandera dan Keluarga Hilang, Israel mempersyaratkan, Hamas harus membuka jalan bagi pemulangan 132 sandera yang masih disembunyikannya selama tujuh bulan (sejak 7 Okt.)
Mereka menganggap, kini waktunya bagi para pihak yang bertikai untuk memenuhi komitmen mereka dan mengubah peluang menjadi kesepakatan pembebasan semua sandera,”
Presiden AS Je Biden sendiri mendesak PM Netanyahu untuk tidak melancarkan serangan di Rafah karena meyakini, gencatan senjata adalah cara terbaik untuk melindungi nyawa sandera Israel yang disekap di Gaza.
Sementara itu, Sekjen PBB António Guterres menegaskan kembali seruannya untuk mendesak pemerintah Israel dan pimpinan Hamas mencapai kesepakatan demi menghentikan penderitaan rakyat Palestina.
Sampai hari ini, agaknya tidak ada yang mampu menghentikan sepak terjang Israel di Gaza, mediasi yang dilakukan Mesir dan Qatar juga tidak digubris. (Berbagai sumber/Kompas/ns)