Jumlah Pengungsi di Dunia Kian Mengkhawatirkan

0
249

ISTANBUL—Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mewanti-wanti jumlah pengungsi yang kian membesar. Krisis kemanusiaan ini mendesak untuk segera ditangani.

Ada 60 juta lebih orang yang terpaksa harus meninggalkan rumah mereka karena negara mereka berkecamuk tak berkesudahan. Suriah menempati posisi pertama jumlah pengungsi terbanyak di dunia. Disusul kemudian Afghanistan yang tahun lalu menempati posisi pertama. Konflik bersenjata menjadi masalah utama penyebab migrasi massal di berbagai belahan dunia, demikian dilaporkan Badan PBB untuk Pengungsi (UNHCR), seperti dimuat Al Jazeera, Jumat (19/6/2015).

Merujuk ke krisis di Suriah, Irak, Yaman, Burundi dan di tempat lain, Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi, Antonio Guterres mengatakan pada hari Kamis bahwa ia berharap tidak ada lagi peningkatan jumlah pada tahun ini. “Ada penambahan berkali lipat dari setiap krisis baru yang muncul,” kata Guterres. “Krisis Irak-Suriah adalah yang terbesar, sementara pada saat yang sama krisis-krisis sebelumnya tidak ada jalan keluar.”

Laporan itu dikeluarkan saat Eropa bergulat dengan masalah penanganan banjir imigran gelap yang melintasi Mediterania menghindari pertempuran di Suriah, Libya dan di tempat lain.

UNHCR memperkirakan ada 59,5 juta orang di seluruh dunia yang mengungsi akibat konflik pada akhir tahun lalu – termasuk 38.2 juta yang terlantar di negara mereka sendiri. Angka ini naik dari 51,2 juta pada 2013 – yang tertinggi sejak PBB mulai menangani pengungsi di tahun 1950-an. Suriah sendiri menyumbang 11,6 juta dari keseluruhan jumlah pengungsi.

Sementara tetangga utara Suriah, Turki, menjadi tuan rumah pengungsi terbesar di dunia dengan 1,59 juta pengungsi. Sebelumnya, Pakistan memegang posisi pertama selama lebih dari satu dekade dalam menampung pengungsi. Kini, Pakistan menempati urutan kedua dengan jumlah pengungsi yang ditampung mencapai 1,51 juta.
Sejak satu tahun lalu, hanya ada 126.800 pengungsi yang bisa kembali ke negara asal mereka. Jumlah ini terendah sejak 1983. Negara-negara tujuan kembali pengungsi itu adalah Kongo, Mali dan Afghanistan.

Guterres mengatakan ia khawatir dengan “akselerasi mengejutkan” jumlah pengungsi selama beberapa tahun terakhir.

Berbicara di Istanbul pada hari Kamis (18/6/2015), ia meminta negara-negara kaya seperti di Eropa dan Teluk Arab untuk membuka tangan bagi para pengungsi.
“Kesediaan Turki untuk membuka perbatasannya memiliki arti khusus, saat begitu banyak perbatasan ditutup atau dibatasi, dan saat pagar-pagar penghalang baru sedang dibangun,” tukas Guterres.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here