LANGSA – Hidup dalam penderitaan menyisakan luka di ingatan dan hati para pengungsi Rohingya, suatu hal yang wajar jika mereka enggan untuk kembali ke Negara asalnya. Beberapa orang yang saya jumpai dan saya tanya mengenai apakah mau kembali ke Myanmar, mereka selalu mengatakan tidak mau kembali ke Myanmar dan ingin tetap di Indonesia karena mereka menyukai Indonesia.
‘’Mother and father in Myanmar, saya suka Indonesia, Indonesia good, No Myanmar, abang dan kakak di Indonesia baik-baik, ” begitu ungkap Abo To Yub kepada saya yang menjelaskan bahwa orangtuanya di Myanmar dan ia tidak mau kembali ke Myanmar dengan raut wajah yang sedih.
Abo to yub adalah salah satu pengungsi Rohingya, berusia 21 tahun, yang sangat cepat memahami pelajaran yang diberikan dan dengan mudah mempraktekkan bahasa Indonesia. Abo To Yub adalah satu dari beberapa orang yang saya jumpai dengan pertanyaan yang sama “Do you want to come back to Myanmar?” dan mereka memberi jawaban yang sama pula. “No.”
Selain Abo To Yub, Rofique juga mengungkapkan apa yang ia rasakan, Rofique adalah seorang anak Myanmar yang mempunyai hobi belajar, ia juga mengatakan bahwa ia tidak mau kembali ke Myanmar dan ingin belajar di Indonesia karena ia sudah putus sekolah sejak 4 tahun yang lalu. Begitu juga dengan M.Hasson, Zai, Zameer, Rosyid dan beberapa orang lainnya yang ingin tetap tinggal di Indonesia.
Beberapa diantara mereka yang dapat berbicara menggunakan bahasa Inggris dengan terbuka menceritakan apa yang mereka rasakan dan dengan senang hati selalu membantu para relawan untuk menolong para pengungsi.
Mereka adalah para remaja Myanmar layaknya para remaja Indonesia yang masih membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua mereka masing-masing, tak sedikit dari mereka yang mengatakan bahwa mereka seorang diri di lokasi pengungsian dan merindukan orangtua yang berada di Myanmar.
Hassan yang menjadi muadzin dan imam sholat bagi jamaah Myanmar, membuatku menitikkan airmata saat ia membacakan ayat suci Al-Quran, ia mengatakan bahwa “Allah satu, we are family, Innallahama’ashshobirin ya ukhti” dan ia juga mengatakan bahwa ia tak mau kembali ke Myanmar.
Hidup adalah hak setiap manusia, hak atas rasa aman, nyaman dan sejahtera. Hidup harus menjunjung tinggi rasa keadilan. – Relawan Ade Fauziah