Kearifan Lokal Desa Pulau Sewangi, Dijuluki Kampung Seribu Jukung

0
733

BANJARMASIN – Desa Pulau Sewangi di Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, pantas mendapatkan julukan “Kampung Seribu Jukung” karena ribuan sampan diproduksi oleh pengrajin di desa ini.

Saat memasuki desa ini, Sewangi terlihat sebagai pusat produksi sampan. Terletak lebih dekat dengan Kota Banjarmasin daripada Ibu Kota Barito Kuala, Marabahan, desa ini berbatasan dengan anak Sungai Barito dan wilayah Alalak Tengah yang masuk kawasan Kota Banjarmasin di bagian utara.

Ada dua jalur untuk mencapai Desa Pulau Sewangi dari Kota Banjarmasin. Pertama, melalui darat dari Jembatan Alalak atau perbatasan Banjarmasin dan Barito Kuala, dengan waktu tempuh kurang dari 30 menit dari pusat Kota Banjarmasin.

Jalur lainnya adalah melalui kapal penyeberangan dari wilayah Alalak Tengah, hanya sekitar 5 menit menyeberangi dengan tarif Rp2.000 sekali jalan. Namun, kapal ini hanya dapat membawa kendaraan roda dua.

Setibanya di Desa Pulau Sewangi, jalan utama desa hanya dapat dilalui mobil satu arah dan tidak dapat berpapasan. Perjalanan melalui desa ini harus dilakukan dengan hati-hati karena jarak antara rumah warga dan jalan cor beton sangat dekat, mengharuskan perhatian agar tidak menabrak warga yang menyeberang.

Warga Desa Pulau Sewangi terkenal ramah dan senang berbincang di pelataran rumah saat senggang. Meskipun rumah-rumah di desa ini kebanyakan terbuat dari kayu dan sederhana, menyesuaikan dengan lahan yang berdekatan dengan sungai, penduduknya tidak asing dengan kedatangan pendatang atau wisatawan.

Desa ini terkenal sebagai sentra pembuatan perahu tradisional Banjar, dengan ribuan perahu atau jukung (sampan) yang telah diproduksi, membuatnya dikenal sebagai “Kampung Seribu Jukung.”

Keunikan ini menjadikan Desa Pulau Sewangi semakin populer, bahkan menjadi tujuan wisata yang sering dikunjungi oleh orang dari berbagai tempat, termasuk mancanegara.

Mata Pencaharian

Ketika memasuki Desa Pulau Sewangi, kita disuguhi pemandangan galangan pembuatan perahu tradisional yang merupakan tempat di mana perahu-perahu tersebut dibuat.

Lebih dalam lagi, kita akan menemui berbagai perahu atau sampan yang sedang dalam proses pembuatan atau yang sudah jadi, bervariasi dalam bentuk dan ukuran. Semua perahu ini terbuat dari kayu hutan dan dikerjakan secara manual oleh para pengrajin.

Menurut Kepala Desa Pulau Sewangi, Syarifah Saufiah, hampir 70 persen penduduk desa ini mencari nafkah dari pembuatan perahu. Proses bisnis ini melibatkan pengrajin, pengusaha, dan pemilik galangan. Desa ini memiliki sekitar 900 kepala keluarga dengan total penduduk sekitar 3.000 jiwa.

Sebagai daerah kepulauan yang memiliki sedikit daratan, hanya sedikit warga yang memiliki lahan pertanian atau perkebunan. Perekonomian desa lebih banyak ditopang oleh kerajinan pembuatan perahu tradisional.

Desa Pulau Sewangi telah menghasilkan ribuan sampan dan perahu. Keahlian dalam membuat alat transportasi air ini diwarisi secara turun-temurun dan telah eksis selama lebih dari satu abad.

Kayu yang digunakan untuk pembuatan jukung sebagian besar berasal dari Provinsi Kalimantan Tengah. Produk perahu dari desa ini bahkan sudah tersebar di luar daerah, dan kualitasnya tidak diragukan lagi.

Objek Wisata

Pembuatan perahu tradisional Banjar di Desa Pulau Sewangi menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang banyak berkunjung untuk menyaksikan proses pembuatannya. Bahkan, wisatawan mancanegara juga datang khusus untuk menyaksikan kearifan lokal dalam pembuatan sampan.

Desa Pulau Sewangi telah ditetapkan sebagai salah satu situs Geopark Pegunungan Meratus Nasional sejak tahun 2018. Sebagai bagian dari sejarah Geopark Taman Bumi Nasional, hal ini menarik perhatian dari masyarakat luas hingga tingkat internasional, bahkan diusulkan untuk diakui sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp).

Keberadaan sebagai situs Geopark Pegunungan Meratus Nasional memberikan berkah bagi Desa Pulau Sewangi, tidak hanya dalam hal ekonomi tetapi juga pembangunan.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan memberikan perhatian khusus dengan membangun dermaga yang tidak hanya berfungsi sebagai fasilitas pendukung pariwisata tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan warga setempat.

Selain itu, masyarakat Desa Pulau Sewangi mulai memanfaatkan kunjungan wisatawan dengan berbagai usaha ekonomi kreatif. Limbah kayu bekas dari proses pembuatan perahu diolah menjadi kerajinan souvenir seperti perahu mini, kalung, gantungan kunci, dan lainnya, memberikan kesan khas desa bagi para wisatawan.

Sebagai desa yang mendapat perhatian luas, Desa Pulau Sewangi juga melakukan peningkatan di bidang sumber daya manusia, untuk siap menjadi daerah pariwisata nasional. Selain itu, desa ini telah mendapatkan pengakuan sebagai desa ramah perempuan dan peduli anak tingkat nasional.

Penghargaan lain yang diterima meliputi status Desa Bersinar yang bebas dari narkotika dari BNN, serta mewakili Kabupaten Barito Kuala dalam penilaian sebagai desa dengan kualitas peningkatan keluarga di tingkat provinsi.

Sumber: Antara

 

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here