KUPANG – Seorang guru honorer Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 5 Sulamu, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Debie Neno hanya menerima gaji sebagai tenaga pengajar sebesar Rp 250 ribu.
Parahnya lagi, gaji yang diterimanya dibayarkan setiap tiga bulan. Dengan penghasilannya tersebut ia berusaha mencukupi segala kebutuhan sehari-hari
Wanita berusia 29 tahun itu melanjutkan, rendahnya gaji tenaga honorer tersebut bukan hal baru baginya. Pada 2013 silam, dirinya hanya menerima gaji Rp 85 ribu. Jumlah yang jauh dari kata layak.
Meski demikian dia tetap mensyukurinya, “Memang kecil. Tapi harus disyukuri,” tuturnya, Rabu (7/3/2018), dikutip Jawapos.
Bahkan, gaji tenaga honorer tersebut membuat rekan-rekannya yang bernasib sama mengalami kendala dalam mengajar. “(Guru honorer) yang dari Kupang, minta izin tidak mengajar karena nggak punya uang bensin. Belom lagi ada yang sudah berkeluarga. Bayangkan saja mereka banyak yang habis waktu di jalan,” jelas dia.
Namun demikian, hal itu tak menyurutkan semangatnya untuk tetap memberi ilmu kepada masyarakat Sulamu. Baginya, pengabdian jauh lebih berharga dan bermanfaat bagi orang banyak.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN 5 Sulamu, Gasper Snae tak memungkiri jika gaji tersebut membuat para tenaga pengajar kesulitan. Ditambah lagi, pihaknya juga sangat kekurangan untuk belanja operasional sekolah
“Buku pelajaran masih kurang. Karena kami dana bos dalam satu tahun itu ada dana khusus untuk belanja buku tapi ada kebutuhan lain yang mendesak hingga tidak bisa dibelanjakan semua,” pungkasnya.