LIAONING – Provinsi Liaoning di Timur Laut Tiongkok mengalami kekeringan paling parah sejak 63 tahun, lebih dari dua juta hektar tanaman hancur dan 136.000 orang hidup tanpa pasokan air.
Xinhua melaporkan, Provinsi ini hanya menerima 90mm curah hujan di bulan Juli, setidaknya kondisi paling parah sejak 1951, ketika rata-rata curah hujan 165mm, Juli 1951.
Liaoning Barat telah didera musim kering, termasuk kota-kota seperti Dalian, Huludao, dan Chaoyang.
Petani mulai memanen tanamannya lebih awal, karena takut kekeringan karena kemarau terus berlanjut. Batang gandum menjadi kerdil, masyarakat mulai berpikir melakukan budidaya sayuran di rumah kaca dengan harapan membuat keuntungan di musim dingin.
Liaoning sendiri merupakan kawasan penghasil dua juta ton gandum pada tahun 2012, sekitar 5 persen dari output negara.
“Kami sudah mencoba berbuat yang terbaik dan mendistribusikan lebih dari 3.000 pompa air kami,” kata Xincheng, seorang Pejabar Liaoning kepada Harian Rakyat.
“Tapi kekeringan datang terlalu sengit dan terlalu cepat. Lebih dari 26.000 hektar dari 53.000 hektar yang ditanam mati karena kekeringan, ” tambahnya.
Seorang petani menunjukkan jagung layu di Sijiazi, Desa Kazuo, Liaoning.
Badan meteorologi mengatakan bahwa kekeringan akan lebih buruk sampai Agustus nanti.
Pejabat Liaoning mengeluarkan peringatan ketiga menyangkut kekeringan, 8 Agustus nanti pemerintah akan mengucurkan dana sebesar 19 juta yuan (HK $ 24.000.000) untuk penanggulanan darurat bencana untuk melawan kekeringan. Pemerintah menyiapkan 218 sistem roket dan tiga pesawat untuk menintervensi curah hujan buatan.