TBILISI – Sebanyak 298 orang telah ditangkap dan 143 petugas polisi mengalami luka-luka akibat serangkaian demonstrasi yang terjadi di ibu kota Georgia, Tbilisi.
Wakil Menteri Dalam Negeri, Aleksandre Darakhvelidze, menjelaskan bahwa beberapa peserta demonstrasi yang berkumpul di depan parlemen menggunakan kekerasan terhadap polisi, dan penyelidikan sedang dilakukan terkait insiden tersebut.
Perdana Menteri Irakli Kobakhidze, yang sedang menangani isu pemilihan umum yang kontroversial serta upaya Georgia untuk bergabung dengan Uni Eropa, menuduh pihak oposisi dan pendukungnya berperan dalam menciptakan ketidakstabilan di negara tersebut.
Aksi protes ini dipicu oleh keputusan Kobakhidze yang menangguhkan pembicaraan aksesi Uni Eropa pada 28 November, dan unjuk rasa tersebut berlanjut selama enam hari di beberapa kota.
Keputusan untuk menangguhkan pembicaraan ini diambil setelah Parlemen Eropa menolak hasil pemilu Georgia pada 26 Oktober lalu.
Georgia, yang sebelumnya merupakan bagian dari Uni Soviet, telah menetapkan tujuan untuk bergabung dengan Uni Eropa dalam konstitusinya.
Di Tbilisi, para demonstran berkumpul di depan gedung parlemen pada malam hari dan memblokir jalan Shota Rustaveli. Polisi memberlakukan pengamanan ketat di kawasan tersebut.