YAMAN – Pasukan Koalisi yang dimpimpin Arab Saudi mengumumkan, mereka akan memulai gencatan senjata kemanusiaan lima hari di Yaman. Setelah serangan beruntun ke Yaman seusai jeda kemanusiaan selama Ramadhan 1436 H.
Pemerintah Saudi mengatakan, jeda pertempuran akan dimulai satu menit sebelum tengah malam pada hari Minggu malam (26/7/2015), permintaan gencatan senjata disampaikan Presiden Yaman Abed Rabbo Mansour Hadi ke Raja Arab, Salman.
Dikatakan koalisi akan menghentikan operasi militer, tetapi akan merespon jika ada serangan dari pemberontak Syiah Houthi di Yaman.
Pengumuman gencatan senjata setelah adanya serangan udara yang menewaskan sedikitnya 120 orang di daerah perumahan di Kota Pantai Laut Merah, Jumat (24/7/2015).
Serangan udara menghantam perumahan pekerja di dekat pembangkit listrik di Mokha, meratakan beberapa bangunan, kata para pejabat.
Serangan mematikan yang dilakukan koalisi menjadi sorotan karena dikhawatirkan akan menambah angka penduduk sipil yang tewas, meskipun pihak koalisi mengaku mentargetkan pemberontak Houti.
“Ini hanya menunjukkan apa yang tren sekarang dari serangan udara dari koalisi,” kata Hassan Boucenine dari Dokter Without Borders, LSM yang berbasis di Jenewa . “Sekarang, yang diserang adalah rumah dan pasar.”
Dia menambahkan bahwa banyak dari para pekerja yang memiliki keluarga yang berkunjung untuk liburan Idul Fitri di akhir bulan suci Ramadhan.
“Mokha, dihuni sebagian besar oleh nelayan, memiliki reputasi sebagai salah satu tempat paling aman di Yaman, malah sekarang terlibat dalam perang,” kata Boucenine, seperti dikutip KBK dari The Guardian.
Para pejabat Saudi tidak bisa dihubungi untuk memberikan komentar, dan media resmi pemerintah tidak mengeluarkan pernyataan tentang serangan mematikan.
Selama perang, Human Rights Watch dan Amnesty International telah menyatakan keprihatinan bahwa pasukan koalisi yang dipimpin Arab telah melanggar hukum perang dan tidak melakukan upaya yang cukup untuk mencegah korban sipil.