Kontroversi pasukan Korut di Ukraina

Korut yang berlimpah ruah personil militer (1,28 juta tentara reguler dan 600-tibu cadangan) dilaporkan pihak Barat mengirim pasukannya ke Ukraina untuk berperang di belakang Rusia.

PIHAK  Korea Utara membantah telah mengirimkan ribuan satuan militernya ke palagan Ukraina utuk membantu pasukan Rusia, sementara Amerika Serikat dan Korea Selatan meyakini keberadaan mereka di sana.

Wamenlu Korut Kim Yong Gyu yang bertanggung jab atas masalah  Rusia  merespons rumor tentang pengerahan pasukan Korut untuk membantu perang Rusia menghadapi Ukraina.

Menurut Kim, deas desus pengiriman pasukan Korut ke Rusia  merupakan upaya media dunia untuk membangun opini publik dan menyatakan Kemlu Korut tidak terlibat langsung terkait isu pertahanan yang merupakan domain Kementerian Pertahanan Nasional.

Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan, pihaknya tidak merasa perlu mengkonfirmasinya secara terpisah karena hal itu dianggap sebaga persoalan dalam negerinya.

“Jika memang hal itu dilaporkan oleh media dunia, saya kira (pengiriman pasukan) adalah tindakan yang sesuai *tidak melanggar-red) peraturan hukum internasional,” ujar Kim pekan lalu.

Komentar resmi pertama Pyongyang tentang pengiriman pasukan itu muncul setelah Presiden Rusia Vladimir Putin tidak membantah laporan tersebut.

Putin sebelumnya mengatakan bahwa itu adalah urusan negaranya. Korea Selatan dan AS sebelumnya mengklaim bahwa Korut mengirim sekitar 3.000 tentara ke Rusia timur, yang mungkin dikerahkan dalam perang melawan Ukraina.

Sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan laporan intelijen menunjukkan Rusia diperkirakan akan mengerahkan gelombang pertama tentara Korut di zona pertempuran paling cepat pada Minggu (27/10), atau Senin (28/10).

 Korsel cemas

Sementara itu, Presiden Korsel Yoon Suk-yeol dan PM Kanada Justin Trudeau menyatakan kekhawatiran atas keterlibatan Korut  dalam perang Rusia-Ukraina.

Dalam pembicaraan telepon, Rabu (30/10)), kedua pemimpin membahas dampak yang ditimbulkan oleh pengerahan pasukan Korut ke medan perang.

Menurut kantor Presiden Yoon, Trudeau menekankan bahwa keterlibatan Korut dapat memperburuk konflik, serta memengaruhi stabilitas keamanan di kawasan Eropa dan Indo-Pasifik.

Dilansir Reuters, peringatan ini muncul setelah Amerika Serikat mengonfirmasi kehadiran pasukan Korea Utara di wilayah Kursk, sebuah daerah perbatasan Rusia yang menjadi lokasi serangan besar Ukraina.

Pentagon menyatakan, sekitar 10.000-an tentara Korut sedang dalam perjalanan ke wilayah tersebut, dan mereka sudah menjalani pelatihan di wilayah timur Rusia.

“Pengerahan pasukan ini akan memperburuk intensitas perang di Ukraina dan berpotensi mengancam keamanan kawasan Eropa dan Indo-Pasifik secara keseluruhan,” ungkap kantor Yoon, merujuk pada pernyataan Trudeau.

Sementara laporan inteljen Korsel (DIA) mengungkapkan, sejumlah satuan Korut telah dipindahkan ke garis depan untuk mendukung Rusia sehingga isu tersebut menimbulkan kekhawatiran di Seoul terkait kemungkinan imbalan yang diterima Pyongyang dari Moskwa.

Menurut sumber DIA, meskipun ada indikasi pasukan Korut telah berada di medan perang Ukraina, belum ada informasi yang sepenuhnya memverifikasi kehadiran mereka.

Sejumlah perwira militer Korut diduga turut mengawal pengiriman senjata ke Rusia, sedangkan  anggota parlemen Korsel, Lee Seung-kweun menilai,  pasukan Korut kemungkinan akan kesulitan di medan perang, karena mereka tidak terlatih dalam pertempuran modern, termasuk penggunaan drone.

Keterlibatan pasukan reguler asing dalam perang di Ukraina sangat mencemaskan karena bisa memicu eskalasi perang yang sduah berlangsung sejak 24 Feb. 2022 itu. (AFP/Reuters/Kompas.com)

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here