PRESIDEN terpilih Meksiko, Andreas Manuel Lopez Obrador (AMLO) setelah menang mutlak dalam Pemilu yang digelar Minggu (1/7) mencanangkan perang melawan korupsi dan bertekad memburu para koruptor, tidak peduli rekan maupun lawan politiknya.
Berdasarkan hasil “quick count” komisi pemilu setempat, AMLO (65) yang mewakili kelompok kiri, Partai Morena, pasca berakhirnya sistem mono partai sejak tahun 2000, mengukir sejarah politik modern di negeri “sombrero” itu dimana kandidat mampu meraih lebih separuh suara (sekitar 53,0 sampai 53,8 persen).
Suara yang diperoleh AMLO lebih kurang dua kali lipat dari dua pesaing terdekatnya yakni Ricardo Anaya dari Partai Aksi Nasional (PAN) dan Jose Antonio Meade dari Partai Revolusioner Institusional (PRI).
Dengan raihan suara mayoritas tersebut, AMLO yang baru mulai bertugas pada 1 Desember nanti memiliki landasan kuat menghadapi berbagai persoalan di dalam negeri dan juga luar negeri terutama ancaman Perang Dagang dari AS.
Dalam pernyataan setelah kemenangannya, AMLO menyebut praktek korupsi sebagai akar pemicu berbagai persoalan di negerinya, termasuk penyebab terjadinya ketidakadilan dan kejahatan kriminal yang tahun lalu saja diwarnai 25-ribu kasus pembunuhan. Menjelang Pemilu saja, sebanyak 133 politisi di negeri itu terbunuh oleh para kartel narkoba.
Untuk itu, ia berjanji untuk mengajukan ke ranah hukum siapapun yang terlibat, termasuk para kamerad, pejabat, teman, bahkan keluarganya sendiri. “Pengadilan yang benar, dimulai dari dalam rumah sendiri, “ tandasnya.
Namun di pihak lain, ia juga mengesampingkan kecemasan bakal munculnya aksi-aksi radikalisme seperti julukan yang diberikan para pengritiknya sebagai “Mesiah Tropis” yang menjalankan pemerintahan tangan besi seperti dilakukan tetangganya, Venezuela.
“Tujuan kita untuk menjalankan demokrasi yang otentik, tidak ingin membangun keditaktoran secara terang-terangan atau terselubung, “ ujarnya.
AMLO bersama koalisinya juga meraih kemenangan di enam dari sembilan provinsi untuk jabatan gubernur, salah satunya ilmuwan dan tokoh lingkungan Claudia Sheinbaum yang merupakan perempuan pertama yang menjadi gubernur Mexico City, begitu pula, diperkirakan bakal meraih suara mayortas di majelis rendah, kemungkinan juga senat.
Sebaliknya, pemilu kali ini merupakan pukulan telak atau titik balik bagi PRI yang berkuasa di Meksiko hampir seabad (1929 – 2000) dan kemudian memerintah lagi sejak 2012.
Kepercayaan rakyat runtuh, bahkan kesabaran mereka habis akibat maraknya praktek korupsi dan kasus-kasus kriminalitas serta terpuruknya sektor perekonomian negeri itu.
Persis seperti terjadi di negeri ini, praktek korupsi yang sudah dianggap sebagai kejahatan luar biasa, harus terus dibasmi sampai ke akar-akarnya, jika tidak bakal merapuhkan sendi-sendi bangsa dan negara. (AP/AFP/Reuters/ns)