JAKARTA – Siang itu ribuan manusia berjalan beriringan mencari tempat perlindungan yang baru. Mereka terpaksa pergi meninggalkan kampung halamannya dari kejaran tentara buas yang dipimpin seorang drakula haus darah.
Seorang ibu memegangi sebungkus kretek milik anak laki-lakinya. Si bujang hendak pergi sebentar menjauhi rombongan kabilah yang berharap dapat menemukan tempat tinggal baru yang lebih aman, tentram, dan nyaman. Jauh dari desingan peluru dan mortir.
Sang anak laki-laki berpesan kepada ibunda agar dia tidak membuang kreteknya sebab si empu berjanji akan mengambilnya kembali.
“Ibu, tolong simpan ini untukku hingga aku bisa mengambilnya kembali dan menyimpannya di suatu tempat ketika kita tiba di sana,” ujar Hanifah Djohar (66 tahun) menuturkan kalimat terakhir anaknya yang bernama Sabahudin.
Namun sang anak tak pernah kembali hingga 20 tahun lamanya dan mungkin akan memakan waktu yang cukup lama untuk menemukan rimbanya.
Lebih dari dua dekade silam tragedi hitam terjadi di Kota Srebrenica, Bosnia. Genosida terhadap kaum lelaki dari etnis Bosnia yang dilakukan tentara Republik Sprska pimpinan Jenderal Ratko Mladic menewaskan 8.372 jiwa dalam tiga hari mulai dari 11 Juli sampai 13 Juli 1995.
Tidak ada yang akan melupakan tragedi Srebrenica, yang disebut sebagai bencana kenanusiaan terparah kedua yang terjadi di Eropa setelah Perang Dunia II. Tentara-tentara Mladic benar-benar memilih korbannya secara terperinci. Mereka tidak mau etnis Bosnia memiliki keturunan lagi maka para lelaki lantas dieksekusi.
Bukan perkara yang gampang untuk menyelesaikan tragedi Genosida Srebrenica. Selain menghilangkan rasa trauma para korban yang selamat dari kejaran tentara drakula Mladic, mengidentifikasi para korban juga masih harus meluruskan simpul tali yang melilit.
Sampai sejauh ini baru sekitar 1.000an korban yang berhasil diungkap identitasnya. Sisanya masih menunggu proses tes DNA dan itupun terhambat minimnya bukti-bukti berupa jasad korban serta tersebarnya liang lahat massal mereka.
Ahli forensik, antropolog, tim Komisi Internasional Orang Hilang, dan lainnya bahu membahu mencari keberadaan para korban Mladic. Entah apa yang ada di benak para tentara si drakula bengis itu sampai-sampai hingga kinipun masih dibutuhkan kerja keras untuk mencari para korban pembantaian.
Salah seorang warga Bosnia, Ramiz Nukic, kurang lebih selama 20 tahun terakhir mengisi waktu luangnya untuk mencari korban Srebrenica di padang ilalang dekat rumahnya di desa Kamenica dekat Srebrenica.
Jarang sekali dia tidak menemukan jasad atau sekadar sebagian sisa tubuh yang diduga kuat sebagai korban genosida Mladic. “Dalam satu hari setidaknya saya menemukan satu bagian dari jasad korban Srebrenica, baik lelaki dewasa atau anak-anak, bahkan setelah 20 tahun berlalu,” katanya.
Sang drakula yang haus darah, Mladic, baru ditangkap pada tahun 2011 kemarin setelah sebelumnya para anak buah sang jenderal si berat ke Mahkamah Internasional. Namun hal ini diyakini masih permulaan dari proses hukum yang sangat panjang agar rasa keadilan menghinggapi jiwa para korban dan keluarganya.
Selain proses pengadilan panjang yang diharapkan akan menghasilkan hukuman setara untuk para pelaku, identifikasi para korban pun sepertinya masih harus menunggu waktu yang masih lama. Ribuan jasad-jasad korban pembantaian sampai saat ini masih menunggu daftar antrian agar jiwa-jiwa yang ditinggalkan merasa tenang menerima kenyataan.