Puluhan ribu orang memadati padang yang cukup luas. Di sekitar mereka ada ribuan monumen lancip berwarna putih, setinggi paha orang dewasa berjajar teratur. Ada yang berurai air mata, ada yang merapal doa, dan tak sedikit yang melakukan shalat di belakang “nisan” putih itu.
Hari ini, Sabtu (11/7/2015), ribuan orang itu memeringati 20 dekade tragedi terburuk di tanah Eropa sejak Perang Dunia II. Ada 8.000 orang tak bersalah tewas di ujung senjata para tentara. Mereka adalah warga Muslim Bosnia yang ditangkap di Srebrenica pada Juli 1995. Oleh tentara Serbia, mereka kemudian dieksekusi dengan kejam.
Tak hanya rakyat Bosnia, terutama keluarga korban yang menghadiri peringatan ini. Tokoh penting seperti mantan Presiden AS, Bill Clinton dan beberapa pejabat dari negara lain juga turut hadir. Perdana Menteri Serbia, Aleksandar Vucic pun “memaksakan diri” hadir sebagai bagian dari upaya rekonsiliasi, meski pada akhirnyaia harus dievakuasi karena kemarahan warga yang melemparinya dengan batu dan botol.
Bill Clinton memang memiliki peran yang besar dalam kesepakatan damai Dayton yang mengakhiri perang Serbia 1992-1995. Ia menyempatka diri berkeliling untuk mengenang dan memberikan penghormatan kepada para korban.
“Saya tidak bisa menjelaskan dengan kata-kata apa yang saya rasakan hari ini,” kata Zijada Hajdarevic, salah satu keluarga korban. Saudara laki-lakinya, kakeknya dan sejumlah kerabatnya menjadi korban pembantaian Srebrenica.
“Kami tahu dia pergi, tapi akan lebih mudah sekarang kita tahu di mana kita bisa mengunjungi makamnya,” kata Hajdarevic, yang masih mencari jasad ayahnya.
Istilah yang Diperdebatkan
Pengadilan HAM PBB telah memutuskan bahwa pembunuhan di Srebrenica adalah genosida. Namun, banyak orang Serbia yang menyanggahnya. Penggunaan istilah itu dianggap menghambat rekonsiliasi dan integrasi Eropa Barat.
Bahkan, Pemimpin Serbia Bosnia Milorad Dodik bulan lalu menyebut Srebrenica sebagai “penipuan terbesar dari abad ke-20”.
Rusia minggu ini juga memveto resolusi PBB pekan lalu yang menetapkan Srebrenica sebagai genosida. Moskow menyerukan semua orang yang bertanggung jawab atas pembantaian itu dibawa ke pengadilan.
Samantha Power, Duta Besar Washington untuk PBB yang pernah menjadi wartawan di Bosnia mengatakan: “Anda tidak bisa membangun rekonsiliasi jika menolak (penetapan) genosida.” / Al Jazeera