ALIH-alih berdiri di garda terdepan negara Filipina yang berdaulat dan bersatu, mantan Presiden Rodrigo Duterte malah mengancam akan memerdekakan kampung halamannya, Pulau Mindanao.
Duterte, presiden Filipina antara 2016 dan 2022 yang dikenal anti Amerika dan dekat dengan China adalah seteru bebuyutan presiden petahana yang digantikannya, Ferdinand “Bongbong” Marcos Jr, putera mendiang Presiden Ferdinand Marcos Sr.
Marcos Sr beserta keluarganya memperoleh suaka politik di Hawaii, AS pasca digulingkan oleh gerakan kekuatan rakyat (People’s Power) pada 1986.
Sesuai kredo lawas: “Tiada lawan abadi, kecuali kepentingan, “ secara mengejutkan Duterte, diawakili puterinya, Sara-Duterte Caprio berkoalisi dengan Marcos untuk memenangkan pilpres Juni 2022. Sara menjadi wapres mendampingi Marcos Jr. untuk periode 2022 – 2028.
Namun seperti dugaan banyak pihak, koalisi itu Duterte-Sara bagai bom waktu dan diprediksi tidak bakal langgeng mengingat keduanya saling curiga-mencuigai.
Koalisi mereka dinilai terjalin hanya didasarkan transaksi politik dimana Duterte mendapatkan perlindungan Marcos Jr dari gugatan Mahkamah Internasional (ICJ) atas pelanggaran HAM yang dilakukannya mengeksekusi sekitar 1.800 pengedar narkoba saat ia berkuasa.
Perseteruan antara keduanya mencuat lagi akhir-akhir ini dimana Duterte menyerang Marcos Jr yang dituding berniat mengubah konstitusi Filipina yang membatasi masa jabatan presiden.
Niat Duterte memerdekakan P. Mindanao dilaporkan oleh harian the Inquirer pekan lalu yang menyebutkan, kubu-kubu politik lokal sedang menggalang gerakan untuk melepaskan diri dari Filipina. “Tidak dengan pertumpahan darah, tapi melalui referendum, mengacu prosedur PBB, “ ujarnya seraya menambahkan gerakan itu bakal dipimpin Ketua Parlemen 2016 – 2018 Pantaleon Alvarez.
Alasannya, Alvarez dianggap tokoh yang memiliki visi terkait potensi Mindanao jika merdeka yang disebutnya bakal jauh lebih sukses ketimbang Singapura yang melepaskan diri dari Melayu.
Singapura yang luasnya hanya sebanding P. Suargao di Provinsi Suargao saja, menurut Duterte, bisa maju, apalagi Mindanao yang lebih luas dan kaya akan keanekaragaman hayati dan sumberdaya alam.
Sebaliknya, niat Duterte memerdekakan Minanao ditenang keras sejumlah kalangan, antara lain oleh Menhan Gilberto Teodoro yang bersumpah akan membela kedaulatan Filipina.
“Kami dimandatkan menjamin kedaulatan negara dan keutuhan wilayah nasional sesuai amanat konstitusi yang akan laksanakan, “ tandasnya, sementara Pangab Filipina Romeo Brawner juga menegaskan, militer akan mematuhi garis komando dan tetap setia pada konstitusi dan pemerintah .
Aksi-aksi separatis di Mindanao yang berlangsung sejak lama membuat wilayah selatan Filipina itu miskin dan terbelakang, sedangkan pemerintah terus berupaya melakukan pendekatan, seperti yang dilakukan terhadap kelompok separatis terbesar Front Pembebasan Islam Moro (MILF) pada 2014.
Instablitas di Filipina dicemaskan akan memicu kehadiran AS dan China yang saling berebut hegemoni di Laut China Selatan.(Reuters/ns)