
MANADO – Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Sulawesi dan Maluku mengidentifikasi 15 kabupaten dan kota di Sulawesi Utara yang berisiko mengalami gerakan tanah selama musim hujan.
Kepala balai, Juliana D J Rumambi, menyampaikan bahwa potensi tersebut berkisar dari tingkat menengah hingga tinggi.
“Di Kota Bitung, Kecamatan Bilalang masuk dalam kategori menengah, sementara kecamatan lainnya seperti Girian, Madidir, Maesa, Matuari, Ranowulu, Aertembaga, Lembeh Selatan, dan Lembeh Utara memiliki risiko menengah hingga tinggi,” kata Juliana di Manado, Jumat (14/2/2025).
Di Kabupaten Bolaang Mongondow, kecamatan yang berpotensi mengalami gerakan tanah meliputi Bolaang Timur, Bolaang, Dumoga Barat, Dumoga Tengah, Dumoga Timur, Lolayan, Pasi Barat, dan Pasi Timur (kategori menengah), serta Dumoga Tenggara, Dumoga Utara, Lolak, Poigar, dan Sangtombolang (kategori menengah hingga tinggi).
Kabupaten lain yang juga masuk dalam daftar dengan tingkat risiko bervariasi antara menengah hingga tinggi adalah Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Utara, Kota Tomohon, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kepulauan Sitaro, Kepulauan Talaud, Kota Kotamobagu, Kota Manado, Kabupaten Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, dan Minahasa Utara.
Beberapa kecamatan di Kota Manado juga berpotensi mengalami banjir bandang atau aliran bahan rombakan, seperti Kecamatan Bunaken Kepulauan, Sario, Malalayang, dan Wanea.
Sementara Kecamatan Bunaken, Mapanget, Pal Dua, Singkil, Tikala, Tuminting, dan Wenang memiliki risiko lebih tinggi terhadap bencana serupa.
Di Kabupaten Minahasa, beberapa kecamatan seperti Eris, Kakas, Kakas Barat, Kawangkoan, dan Tondano termasuk dalam kategori menengah hingga tinggi, dengan Kecamatan Pineleng dan Tombulu berpotensi mengalami banjir bandang.
Juliana mengimbau warga yang tinggal di daerah dengan tingkat risiko menengah hingga tinggi untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama saat curah hujan tinggi, guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya gerakan tanah.