
GAZA – Hamas mengumumkan bahwa putaran baru perundingan gencatan senjata dengan Israel resmi dimulai pada Selasa (11/3/2025) malam. Hamas optimistis bahwa perundingan ini akan menghasilkan kemajuan nyata.
“Hamas telah memulai babak baru negosiasi gencatan senjata,” ucap pejabat tinggi Hamas, Abdel Rahman Shadid, dalam platform digital organisasi Palestina tersebut.
Shadid menegaskan bahwa Hamas berpartisipasi dalam negosiasi ini dengan penuh tanggung jawab dan optimisme, termasuk dalam pembicaraan dengan Adam Boehler, utusan khusus Amerika Serikat untuk urusan sandera.
“Kami harap babak kali ini menghasilkan langkah konkret menuju tahap kedua negosiasi untuk menghentikan agresi, memastikan ditariknya pasukan penjajah Israel dari Gaza, dan merampungkan kesepakatan pertukaran tahanan,” tuturnya.
Pekan lalu, Boehler bertemu dengan pejabat Hamas di Doha, Qatar, untuk membahas pembebasan sandera Israel, termasuk lima warga negara AS, tanpa melibatkan Israel.
Menurut laporan dari pihak Israel, masih ada 59 sandera mereka di Gaza, dengan 24 di antaranya diyakini masih hidup. Sementara itu, lebih dari 9.500 warga Palestina masih ditahan di penjara Israel, di mana mereka kerap mengalami penyiksaan dan pengabaian medis, yang menyebabkan banyak kematian.
Negosiasi tidak langsung antara Israel dan Hamas, yang dimediasi oleh Qatar, saat ini berlangsung di Doha. Hal ini terjadi setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menunda tahap kedua perjanjian gencatan senjata yang bertujuan mengakhiri pertempuran dan menarik pasukan Israel dari Gaza.
Fase pertama gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel berlangsung dari 19 Januari hingga 1 Maret 2025, dengan mediasi dari Qatar dan Mesir serta dukungan Amerika Serikat.
Namun, Netanyahu enggan melanjutkan ke tahap berikutnya karena masih memprioritaskan pembebasan lebih banyak sandera Israel tanpa berkomitmen menghentikan serangan atau menarik pasukan dari Gaza.
Pada 8 Maret, Netanyahu mengeklaim bahwa Hamas menolak usulan AS mengenai gencatan senjata sementara selama Ramadhan dan Pesakh (Paskah Yahudi). Namun, sejak 2 Maret, bantuan kemanusiaan ke Gaza telah diblokade, memperburuk kondisi di wilayah tersebut.