Nilai Tukar Rupiah Melemah

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS turun pekan ini terutama akabat sentimen negatif pasar terkait penggantian Menkeu Sri Mulyani (ilustrasi: LIputan 6)

NILAI tukar mata uang rupiah terhadap dollar AS melemah dipicu faktor domestik dan eksternal termasuk reshuffle Kabinet Merah Putih, khususnya penggantian Menkeu Sri Mulyani yang direspons negatif oleh pasar.

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin seperti dilansir Kompas.com menyebut nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, Rabu (24/9) tercatat Rp16.700 Rupiah.

Ia memperingatkan potensi pelemahan lanjutan rupiah masih terbuka sambil menunggu rilis data ekonomi serta transaksi Surat Berharga Negara (SBN) dan ekuitas.

Nanang mencontohkan penghapusan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di bawah Rp 10 juta yang bisa menggerus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). “Ini bisa makin membesar di tahun mendatang, karena belanja pemerintah yang juga makin banyak, sehingga APBN terus mendapat pengawasan,” ujarnya.

“Kemungkian memasuki zona 16.700 atau 17.000 yang memicu kekhawatiran pasar, tapi otoritas moneter bisa melakukan intervensi untuk menjaga nilai tukar rupiah agar tetap nyaman,” tutup Nanang.

Sementara pengamat moneter dan pasar uang Ibrahim Asuaibi menilai, pelemahan rupiah terjadi bersamaan dengan kebijakan BI memangkas suku bunga acuan menjadi 4,75 persen dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi.
Namun hal itu menurut dia, juga bisa menimbulkan risiko pelemahan rupiah bila terjadi inflasi dan arus modal keluar.

Kurs rupiah pada sesi pembukaan perdagangan hari ini (24/9) kembali menguat tipis. Pergerakan ini menjadi kabar baik pasca anjloknya mata uang Rp pada penutupan perdagangan sehari sebelumnya.

Mata uang Garuda itu menguat tipis 10 poin atau setara 0,06 persen dari Rp16.687,5 per USD dibandingkan pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Sentimen negatif penggantian Menkeu
Ibrahim mengungkapkan penyebab pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar hari ini lantaran para pelaku pasar keuangan masih menilai negatif pergantian menkeu dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi Sadewa.

Padahal seharusnya,mata uang RI itu terdongkrak sentimen positif saat Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini, dari 4,7 persen menjadi 4,8 persen.

“Pergantian menteri keuangan membuat satu penyesuaian dari pelaku pasar yang dulu antusias dengan kebijakan Sri Mulyani, tetapi saat ini sedang mengalami penurunan,” tutur dia.

Ibrahim menjelaskan, sentimen negatif pasar terhadap Purbaya lantaran kebijakan kebijakan Bendahara Negara baru itu belum tampak sepenuhnya diterima oleh pasar.

Dari global, lanjut Ibrahim, sentimen datang dari Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve yang diperkirakan akan kembali menurunkan suku bunga sebesar 25 basis points (bps) pada pertemuan Oktober mendatang.

Jika inflasi domestik tinggi atau ekspektasi harga naik, rupiah bisa kehilangan daya tarik,” ujarnya. Nanang menambahkan, pasar meragukan kapasitas pemerintah dalam menjaga defisit dan disiplin fiskal.
“Mereka bisa menarik modal,” ucapnya. Menurut dia, keputusan kebijakan yang terkesan politis atau mendadak turut memicu sentimen negatif.

Investor juga mencermati satu tahun kepemimpinan Presiden Prabowo, perubahan kabinet, serta arah kebijakan fiskal dan moneter.

Penyaluran dana Rp 200 triliun untuk likuiditas perbankan Program Strategis Nasional (PSN) bisa memberi efek positif bagi rupiah bila tepat sasaran, sebaliknya jika kredit macet naik, baik bulanan maupun tahunan, rupiah bakal berisiko melemah.

Ia memperingatkan potensi pelemahan lanjutan rupiah masih terbuka sambil menunggu rilis data ekonomi serta transaksi Surat Berharga Negara (SBN) dan ekuitas.

Mengutip Bloomberg, pukul 14.15 WIB rupiah berada di Rp 16.684 per dollar AS, menguat tipis 3,50 poin atau 0,02 persen dibanding penutupan sebelumnya Rp 16.687,5 per dollar AS.

Fluktuasi nilai tukar rupiah diprediksi bakal terus berlangsung tergantung menguat atau menurunnya kepercayaan pasar pada kebijakan pemerintah dan juga situasi perekonomian global. (berbagai sumber/ns)

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here