Nobar Film “Pulau Plastik” Tingkatkan Kesadaran Masalah Mikroplastik

0
138

JAKARTA – Youth Health Hub Indonesia bekerja sama dengan Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa menggelar kegiatan From Reel to Real: Screening and Training for a Plastic-Free Future yang berlangsung pada Sabtu (10/08/2024) di Volunteer Hub, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

Kegiatan dimulai dengan screening film dokumenter Pulau Plastik dari Netflix, dilanjutkan dengan diskusi tentang film tersebut dan isu-isu seputar sampah plastik bersama para panelis yang hadir.

Beberapa panelis yang hadir adalah Tiza Mafira (Director at Climate Policy Initiative, Cast Dokumenter “Pulau Plastik”), Zulfikar (Kemenko Marves), Ibar Akbar (Greenpeace Indonesia) dan Ika Akmala (Enviromental Specialist at Dompet Dhuafa).

Irene Bougenville Martin, Founder dan CEO Youth Health Hub Indonesia berharap dengan kegiatan ini anak-anak muda tahu bahwa permasalahan mikroplastik itu berhubungan dengan kesehatan kita sendiri. “Jadi bukan berarti itu adalah sesuatu yang jauh dari kehidupan kita tapi itu dekat banget dengan tubuh kita sendiri bahkan,” lanjut Irene.

Ika Akmala dari Dompet Dhuafa, menjelaskan tentang peran lembaga filantropi Islam dalam mengatasi persoalan sampah plastik di Indonesia.

Ika menjelaskan bagaimana komitmen Dompet Dhuafa dalam menjaga lingkungan diimplemantasikan ke dalam penyaluran bantuan yang dalam pengemasannya menggunakan kemasan ramah lingkungan, mengurangi penggunaan kemasan plastik satu kali pakai ketika momen hari-hari besar seperti bulan suci Ramadan dan Idul Adha.

“Mengganti kemasan plastik sekali pakai dengan kemasan ramah lingkungan sesuai dengan kemasan yang ada di daerahnya masing-masing. Misalnya ada daun pisang, daun jati, besek dan lain sebagainya” lanjut Ika.

Sementara Tiza Mafira mendorong masyarakat partidipasi dalam mengadvokasi isu-isu sampah plastik sebagai urgensi agar menjadi perhatian pemerintah.

“Menurut saya kekuatan kita sebagai masyarakat untuk mendorong regulasi itu justru sangat besar. Kita, kan, demokrasi. Kalau demokrasi, kan, seharusnya pemerintah membuat kebijakan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat. Dan kalau suara kita cukup besar dan cukup konsisten dan juga cukup menyatu, kita akan didengar kok oleh pemerintah,” ucap Tiza.

 

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here