Partai Demokrat Akan Merapat Kemana?

Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono belum memastikan partainya merapat ke koalisi mana atau menjadi bacawapres mana setelah hengkang dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan.

SEJAK putus kongsi dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP)  karena Partai Nasdem meminang Ketum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai bacawapres pendamping Anies Baswedan, Partai Demokrat (PD) belum menentukan akan merapat kemana.

Konstelasi koalisi parpol yang semula terdiri dari Partai Nasdem, PKB dan PD yang mengusung Anies sebagai bacapres buyar akibat alih-alih mendefinitifkan nama Ketum PKB Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai bakal cawapres, Nasdem malah tiba-tiba mendeklarasikan Cak Imin.

Padahal, sejak semula, baik secara tersirat maupun tersurat, AHY lah yang digadang-gadang oleh Ketum Nasdem Surya Paloh dan juga Anies secara personal sebagai bakal cawapres KPP.

Di pihak lain, Cak Imin yang semula santer disebut-sebut sebagai bakal cawapres dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) terdiri dari Partai Gerindra dan PKB malah “menyeberang ” jadi bacawapres Anies setelah pencalonanya sebagai bacawapres terkesan diulur-ulur.

Proses cepat pendeklarasian Cak Imin sebagai bacawapres pendamping Anis terjadi setelah ia merasa terlalu lama menanti dalam ketidakpastian, lalu Ketum Gerindra Prabowo Subianto memutuskan perluasan KKIR menjadi Koalisi Indonesia Maju (KIM),  memasukkan Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN).

Selain menganggap munculnya gelagat kurang menguntungkan, karena perluasan kanggotaaan KKIR tanpa seizin PKB, Cak Imin langsung menerima pinangan Anies dalam KPP sebagai bawapres Anies untuk mengatasi ketidakpastian pencalonannya oleh Prabowo yang terkesan diulur-ulur.

Sejauh ini ada PDI-P mencalonkan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang didukung PPP, Perindo dan Hanura untuk bacapresnya,  sementara KIM mengajukan Prabowo dan KPP mengajukan Anies.

Dari  ketiga koalisi tersebut, baru KPP yang sudah mendeklarasikan bacawapres yakni Cak Imin, sedangkan KIM dan PDI-P masih memilah-milih dari sederetan nama bacawapres yang muncul.

Stok bakal cawapres

Nama-nama bacawapres yang muncul: Menko Polhukam Mahfud MD, Menteri BUMN Erick Thohir, Menparekraf Sandiaga Uno, Mantan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, Gubernur Jatim Kofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Yenny Wahid, puteri alm. Presiden Abdurrahman Wahid.

Walikota Solo Gibran Rakanuming Raka juga masuk belantikan bawapres, jika Mahkamah Konstitusi mengabulkan uji materi perubahan persyaratan usia capres/cawapres dari 40 tahun ke 35 tahun.

Bagi PD dan AHY sendiri kemungkinannya, bergabung dalam koalisi PDI-P yang mengusung Ganjar sebagai bacawapres atau KIM yang mencalonkan Prabowo sebagai capresnya sebagai salah satu bacawapres di antara sejumlah nama yang muncul.

Ada juga kemungkinan lain walau agak tipis peluangnya, terbentuknya koalisi baru antara PPP, Golkar dan PD. Sejauh ini PPP mengesampingkan wacana tersebut dan mengatakan akan tetap bersama PDI-P, sementara Golkar masih tetap bersikukuh dengan keputusan Munas 2019 yang menyebut Ketumnya Airlangga Hartarto sebagao capres.

Dari nama-nama bacawapres, Mahfud MD, Erick Thohir dan Sandiaga Uno berada di papan atas untuk dipinang salah satu dari ketiga koalisi walau kemana akhirnya pilihan akan dijatuhkan tidak ada yang bisa memastikannya.

Soalnya, selain kecocokan dengan capres, pilihan bacawapres bisa didasarkan atas hitung-hitungan elektabilitasnya di wilayah tertentu, kemampuan logistik, juga segmen tertentu misalnya kaum emak-emak, agama atau kelompok usia.

Sebelum “janur kuning melengkung” sampai hari “H” penyerahan daftar pasangan capres/cawapres (19 Okt. – 25 Nov) atau diajukan ke 10 – 16 Okt.  apa pun bisa terjadi, baik mengenai bentuk koalisi mau pun bacawapres yang dipilih.