PBB Minta Jangan Usir Manusia Perahu

JENEWA – Kepala badan hak asasi Perserikatan Bangsa-Bangsa Zeid Raad Al Husein, mengaku terkejut mendengar tiga negara di Asia Tenggara menolak kehadiran para manusia perahu yang mencari suaka dalam keadaan lapar.

Zeid sangat miris mendengar ada 6000 lebih manusia perahu yang menjadi korban perdagangan manusia dan terapung-apung di laut karena tidak boleh merapat.

PBB mendesak Thailand, Malaysia dan Indonesia tidak memperburuk bencana perdagangan manusia tersebut, yang melibatkan warga Bangladesh dan suku Rohingya dari Myanmar.

Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan lebih dari 25.000 orang menuju ke selatan dari teluk Benggala antara Januari hingga Maret tahun ini.

Zeid memuji Indonesia, yang mengizinkan 582 pengungsi mendarat pada Minggu (10/5/2015), dan Malaysia, yang memberi kesempatan kepada 1.018 untuk berlabuh di hari berikutnya.

Namun setelah itu terdengar kabar, kapal lain yang hendak merapat ke darat diusir oleh angkatan laut masing-masing negara.

“Saya terkejut atas laporan bahwa Thailand, Indonesia dan Malaysia mengusir perahu penuh pengungsi, yang akan menyebabkan banyak kematian,” katanya, Jumat (15/5/2015) kepada wartawan di Jenewa.

“Pusat perhatiannya harus pada menyelamatkan nyawa, bukan membahayakan mereka,” katanya.

Seruan itu muncul, saat lebih dari 750 warga Rohingya dan Bangladesh diselamatkan di lepas pantai Indonesia.

Penumpang di kapal pembawa 712 orang menyatakan perahu mereka tenggelam di lepas pantai Sumatera sesudah diusir Malaysia.

Zeid juga menyatakan bahaya bahwa beberapa negara dilaporkan mengancam memidanakan pendatang gelap dan pencari suaka.

“Hak mereka harus ditegakkan tanpa memandang kedudukan hukum mereka, bagaimana mereka tiba di perbatasan, atau dari mana mereka berasal,” katanya. –Antara

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here