FLORIDA-Tersangka penembakan di bandara Fort Lauderdale-Hollywood International Airport, Florida, Esteban Santiago mengaku otaknya dikendalikan pemerintah saat melepaskan peluru.
Namun ia kemudian mengubah pernyataannya. FBI menemukan fakta, polisi pernah menyita senjata maut yang digunakan pelaku sebelum dikembalikan lagi.
Hakim pengadilan AS, Laruna Salju menetapkan tanggal 30 Januari untuk sidang pembacaan dakwaan. Santiago bisa dihukum mati jika terbukti melakukan tindakan kekerasan dan mengakibatkan kematian.
“Dia telah mengaku semua fakta terkait penembakan itu. Mereka korban yang rentan,” kata Asisten Kejaksaan AS Rick Del Toro kepada Time, Rabu (18/1).
Para penyelidik menjelaskan, Santiago membawa kotak senjata berisi pistol dan peluru secara legal.
Setelah diambil dari bagasi, dia menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi, dia mengisi peluru dan mengokang senjatanya. Begitu keluar dari kamar mandi dia menembak secara acak siapa saja yang ada didekatnya. Setelah menembak, dia berbaring dilantai. Polisi yang datang kemudian meringkusnya tanpa perlawanan.
Penyelidikan FBI menemukan bahwa pistol Walther 9mm yang dipakai untuk menembak mati lima orang dan melukasi enam lainnya, 6 Januari lalu pernah disita polisi Anchorage, Alaska setahun lalu.
Menurut Agen FBI Michael Ferlazzo, Santiago adalah veteran perang Iraq dan prajurit Puerto Rico dan Alaska National Guard. Tahun lalu dia mengunjungi kantor FBI di Achorage, Alaska tahun lalu. Dia mengeluh telinga mendengar suara-suara dan menduga CIA telah mengendalikan pikirannya. Hal itu mendorong polisi di Anchorage menyita senjatanya. Santiago sendiri kemudian diinapkan di rumah sakit jiwa.
Catatn medis Alaska Psychiatric Institute menunjukkan Santiago mendapat pengobatan anti-cemas tapi tidak sampai meresepkan obat-obatan untuk perawatan sakit mental yang serius seperti Schizophrenia. Dia diijinkan pulang setelah opname lima hari tanpa ada pembatasan apapun. Artinya bisa saja dia membeli dan memiliki pistol. Polisi juga mengembalikan senjata yang disita. Alasan rumah sakit, dia dianggap stabil.
Selain itu, FBI memeriksa komputer Santiago dan perangkat lainnya serta anggota keluarganya, namun sejauh ini para penyidik belum menemukan kaitan dengan jaringan teroris. Bukti-bukti lain yang terkumpul sampai saat ini adalah video dari 20 kamera pengawas berbeda di bandara yang memperlihatkan seluruh adegan penembakan dari beragam sudut.