PEMBESIHAN sedang berlangsung di Iran menyusul “kebobolan” aparat intelijen untuk mencegah serangan yang diduga dilakukan atau didalangi agen-agen Israel berkolaborasi dengan agen lokal yang menewaskan tokoh kuci Hamas Ismail Haniyeh (31/7).
Otoritas Iran, menurut harian the New York Times (3/8), puluhan orang ditahan terkait insiden yang merusak citra Iran mengamankan tamu negaranya, seperti perwira senior intelijen dan pejabat militer dan staf di wisma tempat Haniyeh menginap.
Haniyeh yang mengepalai biro politik Hamas dan pernah menjabat PM Otoritas Palestina tewas bersama pengawal pribadinya di wisma tamu negara di utara Teheran akibat ledakan, semula diduga serangan rudal dari pesawat udara atau dron.
Ansar AL Mahdi, unit intelijen Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) yang mengawasi keamanan wisma tersebut menduga “proyektil dari udara” menghantam kamar tidur Haniyeh.
Namun kemudian, baik harian New York Times (NYT) dan the Telegraph (3/8) mengutip keterangan sumber dari IRGC menyebutkan, agen Israel, Mossad telah “menanam” bom yang dikendalikan dari jauh (remote) di tiga kamar yang berbeda di wisma itu sejak dua bulan lalu, salah satunya kamar yang dihuni Haniyeh.
“Agen-agen Mossad berhasil menyelinap ke kompleks perumahan veteran yang dijaga ketat dan diperuntukkan bagi tamu-tamu negara. Mereka menanam bom dalam bilangan menit, lalu menghilang, “ ungkap sumber dari IRGC pada NYT.
Disebutkan pula, sedianya Haniyeh akan dihabisi saat menghadiri pemakaman Presiden Iran Ebrahim Ersyad yang tewas akibat kecelakaan heli Mei lalu, namun dibatalkan karena dikhawatirkan bakal menelan banyak korban yang berada di di tengah kerumunan pelayat.
Investigasi kasus yang merupakan pukulan telak bagi Iran itu langsung diambil alih oleh IRGC, sementara pengamat seperti dilaporkan AL Arabiya, menilai, pembunuhan itu merupakan pesan kuat bagi Iran dan proksinya (Hamas, Houthi dan Hezbollah) bahwa sistem pertahanan mereka rentan dan mereka dalam jangkauan Israel.
Meskipun Israel belum mengeklaim bertanggung jawab atas pembunuhan Haniyeh, dan pejabat AS mengatakan bahwa mereka tidak terlibat, pasukan Israel diduga berada di balik pembunuhan itu.
Beberpa kali
Tidak hanya kali ini saja Iran kecolongan oleh Israel. Serangan terhadap kantor konsulatnya di Damaskus, Suriah awal April lalu menewaskan sebelas penasehat militernya termasuk tiga perwira tinggi, termasuk Brigjen Moh. Reza Zahedi, pejabat paling senior satuan elite Al-Quds, Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).
Israel sebelumnya juga membunuh pimpinan AL-Quds lainnya, Jenderal Qassem Suleimani di Bahgdad, Irak pada Januari 2020.
Iran menghujani wilayah Israel dengan sekitar 150 – 180 rudal balistik pda 14 April lalu untuk membalas kematian Brigjen Zahedi, namun dunia mendesak agar Israel menahan diri, karena kerusakan yang ditimbulkan minim.
Israel tidak mengubris seruan int’l tersebut dan tetap membalas serangan Iran dengan melancarkan serangan rudal ke sebuah pangkalan udara Iran yang juga hanya menimbulkan kerusakan ringan.
Israel sendiri belum mengeklaim bertanggung jawab atas pembunuhan Haniyeh, dan pejabat AS juga menyatakan, mereka tidak terlibat.
Hamas yang menguasai Jalur Gaza saat ini sedang memporses empat nama calon pengganti Haniyeh yakni Khaled Meeshal yang pernah mengepalai biro politik Hamas yang digantikan Haniyeh.
Calon lainya tercatat Yahya Shinwar yang mengendalikan perlawanan Hamas di Gaza, Khalil al-Hayya, negosiator Hamas di Qatar dan Mahmoud Zahar, salah satu tokoh Hamas lainnya, pendiri Universitas Islam di Gaza.
Kabar gembira! Sejumlah media di Timur Tengah melaporkan kesediaan Hamas untuk menyepakati gencatan senjata dalam waktu dekat ini, sebaliknya Israel tetap ngotot, karena mempersyaratkan pembebasan sisa sandera yang masih di tangan Hamas.
Bagian dunia yang mendengar berita perang berkepanjangan di kawasan Timur Tengah saja lelah, apalagi rakyat Palestina yang tiap hari dibayangi kematian.