Pemulihan Tolikara Dikebut

0
241

TOLIKARA, PAPUA – Pasca-insiden Tolikara pada pelaksanaan shalat Idul
Fitri sepuluh hari lalu, umat Muslim di Tolikara masih mengalami trauma
untuk melaksanakan shalat berjamaah. Ada rasa phobia saat bergerumul
karena takut dikira melakukan aktivitas keagamaan. Diakui oleh Imam Al
Faruq, Koordinator Program Dakwah Nusantara Dompet Dhuafa, ada beberapa
pihak yang memanfaatkan kondisi ini untuk menebarkan rasa takut. Adapun
shalat Jumat berjamaah dilangsungkan di Gedung Koramil. Kegiatan yang
diinisiasi oleh Dompet Dhuafa ini diikuti oleh sekitar dua ratus jamaah.

Mulai Jumat (24/7)Masjid Baitul Mustaqin Tolikara kembali dibangun,
berlokasi di belakang gedung Koramil. Dana pembangunan yang berasal dari
sumbangan donatur yang disalurkan melalui rekening Yayasan Dompet
Dhuafa Republika. Selain menjadi tempat ibadah baru, pembangunan masjid
juga diharapkan dapat menata kembali kehidupan masyarakat di Tolikara.

“Ditargetkan pembangunan masjid selesai secepatnya, sehingga dapat
dipakai untuk shalat Jumat pada minggu ini dan kedepannya”, ujar Imam
saat dihubungi via telepon, Senin (27/7).

Hingga saat ini Dompet Dhuafa masih fokus pada pembangunan masjid.
Namun, diakui Imam, bidang ekonomi dan pendidikan di Tolikara juga perlu
mendapat perhatian. Hal ini dapat dilihat dari siswa SMA yang masih
belum dapat membaca. Karena kegiatan belajar mengajar juga tidak
dilakukan setiap hari.

Menurut hasil laporan pandangan mata Imam, kegiatan produksi yang ada
di Tolikara sedikit. Warga Tolikara sendiri terdiri dari masyarakat
distrik (asli Papua) dan masyarakat pendatang. Masyarakat distrik
sendiri tidak semuanya menerapkan pola produksi kebutuhan, namun hanya
menjadi konsumen dari hasil yang ada. Setiap mendapatkan uang, mereka
lebih memilih untuk membeli nasi daripada beras, padahal harga atau
nilai barang masak di Tolikara bisa mencapai 4x lipat dari bahan
mentahnya.

“Selain itu, tanah Tolikara yang subur belum dimanfaatkan oleh
masyarakat distrik. Kegiatan bertanam padi, sayuran, dan tanaman lain
dilakukan oleh masyarakat pendatang. Oleh karena itu diperlukan program
pendampingan pemberdayaan SDM agar masyarakat distrik mempunyai
paradigma ekonomi yang baik juga kedepannya,” pungkas Imam.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here