TETANGGA penulis, ibu muda beranak dua berusia 30 tahunan betreiak-teriak histeris, seolah-olah tidak bisa menerima, suaminya yang hanya tertaut dua tiga tahun lebh tua tiba-tiba berpulang ke rahmattullah.
“Selama ini saya sehat sehat saja, tidak punya komorbid, rajin olah raga, hidup tertib dan makannya biasa biasa saja, tidak berlebihan, “ ujarnya sambil terisak-isak saat ia mulai sadar tentang apa yang terjadi dan diteankan oleh ibu-ibu pelayat.
Penyakit jantung memang silent killer atau pembunuh berdarah dingin, tidak ada rasa sakit, tapi mematikan, tiba-tiba berhenti memompa darah, berbeda dengan penyakit lain yang membuat pengidapnya mengerang-erang menahan sakit.
Di posisi ke-2 penyebab kematian (14,38 persen) setelah stroke, (19,42 persen) penyakit jantung diidap 0,5 – 1,5 persen penduduk Indonesia, terbanyak di usia 65 – 74 tahun, disusul 54 -64 tahun, lalu 45 – 54 tahun, namun jumlah penderita usia muda terus naik.
Penyakit jantung selama ini lebih sering dikaitkan dengan usia lanjut karena berbagai faktor risiko yang muncul seiring bertambahnya umur.
Namun kini tidak lagi terbatas pada orang tua, semakin banyak anak muda yang juga rentan mengalaminya disebabkan pla hidup modern yang kurang sehat a.l kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang tak tertib.
Spesialis jantung dan pembuluh darah dr Antonia Anna Lukito, SpJP(K), FIHA kepada Detik.com mengungkapkan, penyakit jantung kini mulai banyak menyerang usia muda.
Salah satu faktor yang paling memprihatinkan adalah kemunculan berbagai jenis makanan yang tidak sehat, tetapi sangat mudah dijangkau oleh masyarakat, khususnya anak muda.
Makanan cepat saji, minuman manis, dan camilan kemasan tinggi gula, garam, serta lemak jenuh, semakin banyak ditawarkan dengan kemasan dan tampilan yang menarik serta dipromosikan dengan gencar.
“Tren makanan cepat saji memang sasarannya anak muda. Alangkah baiknya jika orang tua selalu membiasakan makan sehat, hidup sehat,” jelas dr Antonia.
Sitting desease
Selain pola makan yang buruk fenomena ‘sitting disease’ di mana anak muda menghabiskan waktu dalam posisi duduk ketimbang beraktivitas fisik terutama saat bermain gadget juga menjadi salah satu faktor risiko bagi kesehatan jantung.
“Karena kelamaan duduk. Sekarang gadget minded, screen time-nya banyak, jarang beranjak dari tempat duduk,” tukas dr Antonia dan menambahkan, duduk lebih lama berpotensi kematian, termasuk jantung dan stroke lebih besar,” tambahnya.
Dr. Antonia memngimbau agar masyrakat pebih peduli pada pencegahan mengingat maraknya kasus penyakit jantung di usia 30-an.
Ia menyarankan untuk menghindari risiko penyait jantung a.l menghentikan pola makan buruk, kurang aktivitas fisik, serta kebiasaan duduk terlalu lama yang sering terjadi pada anak muda dan pekerja kantoran.
“Penyakit jantung koroner dapat dicegah. Alangkah konyolnya jika orang tidak mau berusaha mencegahnya,” tegas dr Antonia.
Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia (WHO), 17,8 orang warga dunia atau satu dari tiga kematian terjadi akibat penyakit jantung, sedangkan di Indonesia, 650.000 orang tewas akibat penyakut jantung sepajang 2023.
Nyawa manusia adalah hak prerogatif Allah yang menetapkan, namun jika ingin hidup lebih lama, ikhtiarnya yakni menjaga pola hidup sehat.