Peringatan BMKG: Waspada Kekeringan Meteorologis di Lima Wilayah DIY

0
145
Ilustrasi kekeringan. (Foto: Ist)

YOGYAKARTA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan warga di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk waspada terhadap kemungkinan kekeringan meteorologis selama musim kemarau 2024 di lima kabupaten/kota di provinsi tersebut.

Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIY, Reni Kraningtyas, dalam pernyataannya di Yogyakarta pada Senin, menyebutkan bahwa potensi kekeringan ini didasarkan pada pemantauan curah hujan hingga 9 Agustus 2024 dan prediksi curah hujan dalam dua dasarian (20 hari) mendatang.

“Masyarakat serta pemerintah daerah (pemda) setempat yang berada dalam wilayah peringatan dini untuk mengantisipasi dampak kekeringan meteorologis ini,” kata Reni.

Ia menjelaskan bahwa peringatan dini tersebut dikeluarkan karena penurunan curah hujan dari kondisi normal dalam jangka waktu yang cukup panjang, seperti satu bulan, dua bulan, atau lebih.

BMKG juga menyatakan bahwa wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunungkidul berstatus siaga kekeringan.

Wilayah-wilayah ini telah mengalami lebih dari 31 hari tanpa hujan dengan perkiraan curah hujan rendah di bawah 20 mm per dasarian.

“Wilayah yang berstatus siaga tersebut telah mengalami hari tanpa hujan lebih dari 31 hari dengan prakiraan curah hujan rendah di bawah 20 mm per dasarian,” katanya.

Selain itu, beberapa wilayah di DIY yang berstatus waspada kekeringan meliputi Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Sleman, di mana daerah-daerah ini telah mengalami lebih dari 21 hari tanpa hujan dengan perkiraan curah hujan rendah di bawah 20 mm per dasarian.

Reni juga menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap dampak kekeringan pada sektor pertanian yang bergantung pada sistem tadah hujan. Serta, potensi berkurangnya ketersediaan air tanah (kelangkaan air bersih) dan peningkatan risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akibat kekeringan.

Andi Nawa Candra, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, menyatakan bahwa hingga Juli 2024, kekeringan telah berdampak pada tanaman padi.

“Gagal panen atau puso akibat kekeringan pada tanaman padi ada beberapa di wilayah Gunungkidul yang merupakan lahan tadah hujan,” katanya.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here