Presiden Trump: Perang di Gaza telah Berakhir

Proses gencatan senjata antara Hamas dan Israel sedang berlangsung dan diharapkan mengawali perwujudan perdamaian yang abadi di kawasan Timur Tengah (ilustrasi; Youtube)

PRESIDEN Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan, perang di Gaza antara Hamas dan Israel yang sudah berlangsung dua tahun telah berakhir dengan disepakatinya tahap pertama gencatan senjata oleh kedua belah pihak, Kamis (9/10).

Konflik di Gaza kali ini yang merupakan bagian perseteruan panjang Arab vs Israel sejak kemerdekaan negara Yahudi itu pada 1948, diawali serangan mendadak milisi Hamas ke wilayah Israel, 7 Oktober 2023 menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan menyendera 250-an orang lainnya.

Militer Israel membalasnya selang sehari kemudian (8 Oktober 2023) dengan membombardir Gaja dari darat, laut dan udara secara sistematis dan masif hingga 8 Oktober pekan lalu.

Paling tidak sekitar 66.000 warga Palestina tewas, 168.000 luka-luka, ratusan ribu mengungsi atau kehilangan tempat tingal, sementara wilayah Jalur Gaza pora poranda, hampir tak ada bangunan tersisa akibat bombardemen Israel.

Kesepakatan damai kali ini yang diinisisi oleh Presiden Trump dengan mengajak Mesir dan Qatar berhasil membujuk kedua pihak yang berteteru ke meja perundingan setelah beberapa kali gencatan senjata dilanggar.

Trump optimistis

“Perang di Gaza telah berakhir, “ seru Presiden Trump menjelang keberangkatannya ke Israel, Minggu malam (12/10) guna menghadiri KTT Perdamaian di Mesir yang dihadiri perwakilan 20-an negara termasuk Presiden RI Prabowo Subianto.

Ia saat berpidato di parlemen Israel (Senin, 13/10) sebelum melanjutkan perjalanan ke Sharm El Sheikh, Mesir, guna memimpin pertemuan internasional yang bertujuan mendorong perdamaian di Timur Tengah, menyebutkan, negaranya juga siap untuk membuka dialog dengan Iran.

Tahap awal gencatan senjata a/l lain memuat kesepakatan tukar menukar tawanan Israel dan sandera Palestina, izin masuk bag 400 truk logistik per hari ke Gaza dan penarikan mundur pasukan Isral dari Gaza.

KTT Perdamaian di Sharm El Sheikh akan dipimpin oleh Presiden AS Trump dan Presiden Mesir Abdel Fattah El Sisi.

Pertemuan tersebut dihadiri lebih dari 20 pemimpin dunia, termasuk Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, serta para pemimpin dari Inggris, Italia, Spanyol, Perancis, dan Yordania. Namun, baik perwakilan dari Israel maupun Hamas tidak akan hadir dalam pertemuan tersebut.

Bantuan kemanusian mengalir

Memasuki hari ketiga gencatan senjata, sejumlah truk bantuan mulai memasuki wilayah Gaza. Namun, di kota Khan Yunis, situasi masih kacau.

Warga melaporkan adanya perampasan bantuan oleh masyarakat yang kelaparan. “Semua orang takut perang akan kembali. Kami menimbun makanan karena takut dan cemas perang akan datang lagi,” ujar penduduk bernama Mahmud Al Muzain kepada AFP.

Trump juga menyatakan keinginannya untuk mencapai kesepakatan damai dengan Iran, beberapa bulan setelah AS dan Israel melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran dalam perang singkat awal tahun ini.

Berbicara di hadapan parlemen Israel (Knesset) pada Senin (13/10), Trump mengatakan bahwa meskipun ketegangan masih tinggi, ia melihat peluang bagi perdamaian.

“Mereka (Iran) sudah mendapat tekanan dari satu sisi dan sisi lainnya, dan kalian tahu, akan sangat luar biasa jika kita bisa membuat kesepakatan damai dengan mereka,” ujar Trump.

“Apakah kalian akan senang dengan itu? Bukankah itu akan menyenangkan, menurut saya? Karena saya pikir mereka juga menginginkannya,” lanjutnya. “Bola sekarang ada di tangan Teheran” Trump menegaskan bahwa inisiatif untuk melanjutkan pembicaraan damai kini berada di pihak Iran.

“Kami siap kapan pun kalian siap,” kata presiden dari Partai Republik itu, menegaskan bahwa Washington terbuka terhadap dialog jika Teheran menunjukkan itikad yang sama.

Ciptakan stabilitas kawasan

Trump menilai bahwa hubungan baru dengan Teheran dapat membuka peluang stabilitas di kawasan Timur Tengah yang selama ini dilanda konflik.

Hubungan antara AS dan Iran memburuk sejak Trump menarik diri dari perjanjian nuklir pada 2018 dan kembali memberlakukan sanksi ekonomi berat terhadap Teheran.

Sejak itu, ketegangan meningkat, termasuk serangkaian serangan siber, sabotase fasilitas nuklir, dan insiden militer di Teluk Persia.

Semoga euforia perdamaian menggema di seluruh kawasan Timur Tengah, terutama “duri dalam daging” penghambatnya yakni untuk mewujudkan “solusi dua negara” : Israel dan Palestina yang hidup berdampingan, bebas dari konflik. (AFP/berbagai sumber/ns)

 

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here