JAKARTA – Kanker prostat adalah jenis kanker yang tumbuh di kelenjar prostat pria, berfungsi menghasilkan cairan ejakulasi dan sering menunjukkan gejala kesulitan buang air kecil.
Berdasarkan data Globocan 2020, kanker prostat menempati posisi kelima sebagai kanker yang paling umum dialami oleh pria. Kanker ini juga menjadi penyebab kematian keenam terbanyak pada pria.
Di Indonesia, kanker prostat menduduki peringkat kelima dalam kasus kanker terbanyak pada pria, dengan 11,6 kasus per 100.000 pria dan tingkat kematian 4,5 per 100.000 pria.
Dr. Andika Afriansyah, SpU, Sub.SpFFN(K), dokter spesialis urologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), menyarankan pria untuk mulai melakukan pemeriksaan kanker prostat saat mencapai usia 45 tahun, terutama jika memiliki riwayat keluarga dengan kanker prostat.
“Mestinya laki-laki itu harus mulai skrining pada saat usia 45 tahun jika ada riwayat keluarganya kanker prostat. Tapi, kalau dia tidak ada riwayat kanker prostat di keluarga, bisa mulai cek saat usia 50 tahun,” katanya, dilansir dari Antara.
Andika mengungkapkan bahwa kanker prostat lebih sering terjadi pada pria berusia 50 ke atas, sangat jarang terjadi pada mereka yang berusia di bawah 50.
Pemeriksaan kanker prostat, lanjutnya, kini cukup mudah dan dapat dilakukan di berbagai fasilitas kesehatan melalui tes Prostate Specific Antigen (PSA). Tes ini sebaiknya dilakukan setiap satu hingga dua tahun sekali untuk deteksi dini.
“Kanker prostat stadium lanjut dapat menyebabkan kematian, namun sangat bisa diobati asalkan datang pada stadium awal. Namun yang paling penting di sini adalah pencegahan, dengan skrining kanker prostat, cek PSA, setiap satu atau dua tahun sekali,” ujar Andika.
Gejala awal kanker prostat sering tidak disadari oleh banyak pria karena biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, meskipun beberapa gejala seperti keluarnya darah dalam air mani atau aliran urine yang lemah bisa menjadi tanda peringatan.