Berharap lukisan yang dipinjam Bung Karno Kembali

0
112
Prof. Dr. Soenarjati Djajanegara (91 tahun), berharap agar dua lukisan karya pelukis kesohor Itali, Rmualdo Locatell yang dipinjam Bug Karno pada 1955 dikembalikan.

DI USIA tepat 91 tahun, Prof. Dr. Soenarjati Djajanegera (Ibu Jati) dengan runut mengisahkan penggalan perjalanan hidupnya pada acara bedah buku karyanya “HIDUPKU, Presiden Soekarno, Bagaimana Dua Karya Locatelli kembali”.

Acara yang digelar di Aula Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI), Selasa (1/10) dan dipandu oleh Guru Besar FIB-UI Prof. Dr. Manneke Budiman S.S. M.A, Ph.D lebih mirip nostalgia bersama kerabat, alumni, mantan mahasiswa dan orang-orang yang pernah berinteraksi dengan Ibu Jati sepanjang menjelang seabad kehidupannya.    

Dalam bukunya, Ibu Jati menuturkan kisah sulit di era penjajahan Jepang, berlanjut penjajahan Belanda ditandai  proklamasi kemerdekaan 1945 dan masa-masa survival RI  di era pasca kemerdekaan.

Interaksi dengan Bung Karno yang kemudian menjadi presiden pertama RI berawal dari dari kegemaran ayah Ibu Jati, Djoehri Djajanegara mengoleksi karya seni terutama lukisan.

Berikut ini tulisan Ibu Jati di Surat Pembaca Kompas (18 Maret ’24) terkait dua lukisan karya pelukis terkenal Itali Romualdo Locatelli koleksi ayahnya, Djoehri yang dipinjam Istana pada 1955 yang kisahnya juga dimuat dalam buku tersebut.

“SAYA Soenarjati Djajanegara. Bapak saya, Djoehri Djajanegara diperkenalkan pada Presiden pertama RI Ir. Soekarno oleh pelukis terkenal Ernest Dezentje, tetangga kami di Bogor  pada 1944.

Perkenalan tumbuh menjadi persahabatan, mengingat Bung Karno dan Bapak saya sama-sama penggemar dan kolektor lukisan. Presiden selanjutnya beberapa kali bertandang  ke rumah kami untuk melihat-lihat koleksi lukisan Bapak.

Keluarga presiden pindah ke Yogyakarta yang dijadikan ibu kota sementara pada 1945, lalu kami baru bertemu lagi dengan presiden setelah beliau kembali lagi ke Jakarta pada 1950.

 Diambil petugas Istana

Presiden Soekarno pada 1955 mengutus petugas Istana untuk meminjam dua lukisan koleksi Bapak saya karya Locatelli, namun sampai hari ini belum dikembalikan. Bapak saya berpulang pada 1965, sementara Presiden Soekarno pada 1973.

Saya melayangkan surat kepada Presiden Joko Widodo untuk meminta bantuan terkait pengembalian kedua lukisan koleksi Bapak saya tersebut, Februari 2021 dan mengirim surat kedua, April tahun yang sama, namun tanpa hasil.

Selain itu saya juga mencoba berkirim surat kepada Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono dan lima kali mencoba menghubunginya namun gagal serta berikirim surat pada Ibu Megawati Soekarnoputri, juga tidak direspons.

Putera Presiden Soekarno, Guntur Soekarnoputra dalam tanggapannya di Surat Pembaca Kompas (25/8 lalu) mengakui tidak tahu menahu tentang lukisan itu karena selain masih kecil, ia mengatakan, menteri, petinggi parpol atau tokoh tertentu, bisa saja saat itu megambil barang-barang milik istana.

Menurut Guntur, Presiden Soekarno dan keluarga saat kejatuhannya pasca peristiwa G30S PKI 1965, hanya diberi waktu 24 jam untuk meninggalkan Istana sehingga tidak banyak barang-barang yang bisa dibawa.

Guntur yang  juga diundang dalam acara bedah buku Ibu Jati namun tidak bisa hadir karena mengikuti hari peringatan Kesaktian Pancaila di tempat lain.

Dipamerkan pada 2017

Wartawan A Kurniawan Ulung menulis tentang lukisan karya Locatelli di harian Jakarta Post (17 Mei 2019) yang menyebutkan kedua lukisan dipamerkan di Museum Nasional dua tahun sebelumnya (2017).

Namun disayangkan, keberadaan kedua lukisan berjudul harrowing a field in Java (membuka ladang di Jawa) dan Reaping Rice (memanen padi) masing-masing di Istana Bogor dan Istana di Jakarta itu sebelumnya tidak pernah terungkap, sementara pelukisnya hilang di Filipina pada 1943.

Melalui surat ini, saya berharap ada pihak-pihak yang bisa membantu kami menginfokan keberadaan kedua lukisan agar kemudian bisa dikembalikan kepada ahli waris yang sah sesuai aturan hukum, keadilan, kebenaran dan kejujuran.

“Itu harapan saya, pensiunan ASN berusia 91 yang sudah mengabdi pada Tanah Air lebih 60 tahun dan juga penerima Satyalencana Karya Satya dari Presiden Soeharto,” ujar Ibu Jati dalam Surat Pembaca Kompas.

Di usianya yang sudah sangat senja, pada HUT-nya ke 91 hari ini, Ibu Jati masih berharap agar Allah menunjukkan keberadaan kedua lukisan koleksi ayahnya itu dan mengembalikan pada yang berhak, dirinya.

Mohon bantuan yang mengetahuinya untuk mengabarkan pada ibu Jati.

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here