Prof Sidartawan: ‘Jamu’ adalah Obat Pertama Penderita Diabetes

Ilustrasi. (Foto: Shutterstock/Africa Studio)

JAKARTA, KBKNews.id – Diabetes terjadi ketika tubuh tidak mampu memproduksi atau memanfaatkan insulin secara optimal untuk mengolah gula. Akibatnya, kadar gula menumpuk dalam darah, jika berlangsung lama, kondisi ini bisa memicu berbagai komplikasi atau gangguan kesehatan.

Baik pada diabetes tipe 1 maupun tipe 2, pemilihan makanan yang sesuai menjadi bagian penting dalam pengelolaan penyakit ini.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Metabolik Endokrin dan Diabetes, Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo, Sp.PD-KEMD, menyampaikan bahwa langkah pertama menangani diabetes adalah menjaga pola makan, yang ia sebut sebagai “jamu” atau jaga mulut.

“Ketika penderita sudah bisa menjaga mulut dalam mengonsumsi makanan, maka risiko yang ditimbulkan dari sakit diabetes bisa diatasi. Sebab, penyakit ini tak bisa disembuhkan,” kata Sidartawan dilansir dari Antara, Sabtu (19/4/2025).

Ia menjelaskan bahwa tujuan utama dalam tatalaksana diabetes adalah mencapai kondisi yang terkendali, dengan pendekatan yang disesuaikan secara individual.

Ini berarti, perubahan gaya hidup serta penggunaan obat perlu menyesuaikan kondisi masing-masing pasien untuk mengoptimalkan kualitas hidup dan mencegah komplikasi.

“Dengan disiplin yang baik, Anda mungkin saja bisa menjaga kadar gula darah tetap normal hanya dengan menjaga pola makan dan olahraga, tanpa obat,” ujar Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.

Sidartawan menegaskan bahwa diabetes tidak bisa disembuhkan, sehingga penanganan utama adalah melalui pengaturan pola makan, aktivitas fisik teratur, konsumsi obat sesuai kebutuhan, dan pemeriksaan rutin.

Kebutuhan obat tiap orang berbeda, karena penderita diabetes juga kerap memiliki penyakit lain yang perlu ditangani. Hal inilah yang membuat diabetes dikenal sebagai “ibu dari segala penyakit”,

“Seorang penderita diabates dibolehkan makan apa saja tetapi harus bisa mengendalikan kadar gula darah dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul. Obat yang digunakan pun harus disesuaikan dengan kondisi saat ini,” katanya.

Diabetes melitus (DM) tergolong sebagai penyakit kronis yang memerlukan penanganan jangka panjang, baik melalui medis maupun perubahan gaya hidup.

Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain: gangguan jantung, kesemutan, mati rasa, kerusakan saraf pada kaki, tangan, dan organ seksual, gangguan ginjal, gangguan penglihatan, penyumbatan pembuluh darah, serta masalah kulit termasuk infeksi jamur.

Bahkan, jika tidak dikendalikan, diabetes juga dapat merusak saraf di otak dan meningkatkan risiko Alzheimer.

Data dari International Diabetes Federation (IDF) pada 2021 menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat kelima dunia dengan jumlah kasus diabetes sebanyak 19,5 juta orang.

Oleh karena itu, Sidartawan mengajak masyarakat untuk lebih sadar akan bahaya diabetes sejak dini, melalui upaya pencegahan, pengenalan gejala, diagnosis awal, pengelolaan penyakit yang tepat, serta penerapan gaya hidup sehat untuk mengontrol dan mencegah kondisi ini berkembang lebih jauh.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here